Semoga Anda dalam keadaan sehat wal afiat saat membaca
tulisan ini. Saya menulis terkait dengan pilihan saya dalam pemilihan
presiden yang akan datang.
Kemarin saya menerima telepon dari Pak Jokowi, mengundang saya
untuk membantu dalam perjalanan ke depan. Begitu juga dengan Pak Jusuf
Kalla, beliau juga menelpon dan menyampaikan undangan yang sama. Sebagai
warga negara dan sebagai kawan baik mereka, saya harus menjawab dan
menentukan sikap. Di sini kemudian saya melihat kembali pikiran dan
kegiaatan yang selama ini kita sama-sama jalankan.
Sebagaimana yang sering saya sampaikan dalam dialog dan diskusi di Turun Tangan.
Kita harus mendorong orang baik agar bersedia memasuki arena politik
dan mendorong agar kita semua bersedia membantu agar mereka bisa
mendapatkan otoritas untuk mengelola negara ini.
Saya sadar sekali bahwa kita bukan sedang mencari manusia sempurna.
Jadi, jangan berharap akan hadir figur sempurna. Dalam pemilihan
presiden ini kita akan menentukan pada siapa otoritas negeri ini akan
dititipkan. Di Indonesia ada banyak pemimpin. Kitapun bisa memilih
pemimpin kapan saja tapi pergantian pemegang otoritas negeri ini hanya
berlangsung sekali dalam 5 tahun. Pertanyaan yang tiap kita harus jawab
adalah pada pemimpin yang mana otoritas itu akan diberikan? Otoritas
untuk mengatasnamakan kita selama 5 tahun ke depan, untuk mengelola uang
pajak kita, untuk menentukan arah perjalanan pemerintahan dan
sebagainya.
Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada dua pilihan pasangan
calon pemegang otoritas: Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Itu adalah fakta. Pada pasangan mana otoritas akan kita titipkan?
Seperti saya tulis dalam email sebelumnya, perjuangan kita di
Gerakan Turun Tangan bukan membawa cita-cita untuk meraih otoritas. Kita
membawa misi untuk dijalankan karena itu kita memerlukan otoritas. Kita
membawa misi agar kebijakan yang dihasilkan oleh proses politik ini
adalah kebijakan yang berfokus pada kualitas manusia berdaulat yang
sehat, terdidik dan makmur dalam sebuah masyarakat yang berkepastian
hukum. Indonesia yang berkeadilan sosial. Itu misi kita.
Perjuangan kita selama ini sudah berhasil membangun kesadaran bahwa
orang baik harus turun tangan membantu orang-orang terpercaya agar bisa
terpilih menjadi wakil rakyat dan menjadi pemegang otoritas
kepemimpinan di pemerintahan. Jika proses politik yang terjadi tidak
memungkinkan mendapatkan otoritas itu, sebagaimana yang dialami
sekarang, maka kita akan terus bawa misi itu dalam berbagai kegiatan
kita. Dan tentu saja misi inipun bisa dititipkan pada orang lain yang
kita percayai serta bersedia untuk menjalankannya.
Masalah yang dihadapi Indonesia hari ini masih banyak yang
tergolong masalah primer dan mendasar: pangan, kesehatan, pendidikan,
infrastruktur dan sebagainya. Hambatan terbesar untuk memajukan juga
masih sama, diantaranya maraknya korupsi dan belum terciptanya
tata-kelola pemerintahan yang baik. Siapapun yang diberi otoritas untuk
mengelola negara ini harus membereskan masalah yang elementer ini.
Setelah 15 tahun lebih reformasi berjalan, saya merasa Indonesia
kita memerlukan penyegaran. Perlu cara pandang baru, semangat baru,
pendekatan baru, cara kerja baru, dan bahkan orang baru. Baru memang
bukan soal usia, walau memang usia muda sering diasosiasikan dengan
baru. Kepemimpinan di pemerintahan perlu kebaruan. Saya melihat unsur
kebaruan ini diperlukan untuk membuat terobosan dan membongkar berbagai
kemacetan dalam pengelolaan negara ini.
Sebagaimana yang saya sering sampaikan, jangan diam dan mendiamkan
maka sayapun harus konsisten untuk memilih dan membantu sesuai dengan
kriteria saya.
Di sinilah kemudian saya merasa pasangan Jokowi-JK lebih sesuai.
Mereka berdua tidak sepenuhnya kombinasi kebaruan karena Jusuf Kalla
adalah tokoh senior, pernah jadi Wakil Presiden. Tapi potensi
memunculkan kebaruan dan terobosan dari pasangan Jokowi-JK ini terlihat
lebih besar. Ada lebih besar harapan bahwa pasangan ini bisa menjalankan
misi yang disebut diatas secara lebih optimal. Dengan latar belakang
misi yang selama ini kita jalankan maka saya menyatakan bersedia untuk
membantu pasangan Jokowi-JK.
Melalui email ini, keputusan tersebut saya sampaikan secara
langsung pada semua teman-teman yang selama ini berjalan bersama dalam
Gerakan Turun Tangan. Ini dilakukan sebelum saya menjawab secara terbuka
pada publik/umum. Email inipun dikirim kepada Anda sebelum ada
penjelasan terbuka. Walau di media sudah beredar berbagai spekulasi,
tapi saya ingin memastikan bahwa Anda mendengar kabar ini bukan dari
media massa tapi langsung dari saya sendiri.
Semua ini berjalan amat cepat tapi itulah hidup, kita memang selalu
siap dan berani ambil pilihan lalu hadapi, sebagaimana slogan kita
semua sebagai pejuang.
Pilihan ini adalah pilihan saya pribadi sebagai warga negara yang
menyatakan turun tangan, dan menyatakan siap membantu. Anjuran saya pada
anda adalah jangan diam dan mendiamkan. Seperti yang saya sampaikan
dalam email kemarin: lihat masalah utama Indonesia, lihat
track-recordnya, kaji rencana kerjanya, kuasai informasi tentang mereka
lalu tentukan pilihan. Jangan cari manusia sempurna. Sebagaimana yang
selama ini sering dikatakan, bantu orang baik yaitu orang bersih/tak
bermasalah dan kompeten. Lalu ajak lingkungan anda untuk berdiskusi dan
menentukan sikap.
Perjalanan kita masih panjang. Ikhtiar kita untuk mendorong orang
baik terus kita jalankan. Gerakan Turun Tangan saat ini belum menyusun
perangkat organisasi untuk mengambil keputusan dan sikap. Walau Turun
Tangan sebagai sebuah institusi tidak terlibat dalam kegiatan Pilpres
bulan Juli 2014 ini, tetapi semua simpatisan dan relawan dianjurkan
untuk terus melakukan pendidikan politik dan kesadaran perlunya terlibat
. Setiap kita memiliki hak yang sama untuk menentukan pilihan diantara
dua pasangan yang berhak menjadi caon dalam Pemilihan Presiden. Saya
telah menentukan pilihan, saya harap anda bisa segera menentukan pilihan
sesuai dengan prioritas anda.
Saya perlu garis bawahi, apapun pilihan kita itu adalah karena
kecintaan kita pada Indonesia dan komitmen kita untuk memanjukan bangsa
tercinta ini. Dengan begitu pilihan ini tidak boleh menyebabkan
permusuhan. Lawan beda dengan musuh. Lawan debat adalah teman berpikir,
lawan badminton adalah teman berolah raga. Beda dengan musuh yang akan
saling menghabisi, lawan itu akan saling menguatkan.
Berbeda pilihan itu biasa, tidak usah risau apalagi bermusuhan,
rilex saja. Jangan kita terlibat untuk saling menghabisi. Mari kita
semua turun tangan untuk saling menguatkan, untuk saling mencintai
Indonesia dan untuk membuat kita semua bangga bahwa kita jaga kehormatan
dalam menjalani proses politik ini.
Terima kasih dan salam hangat dari Jakarta.
No comments:
Post a Comment