Good Bye Abu Mohammed, please say hi to my nephew, he is there in heaven waiting for you...

Just like every time: three, four, maybe five days at max, and this round of escalation will be over. This is how Gazans have been dealing with the constant rounds of escalation recently, and unexceptionally, me too.

But exceptionally, this time was different: the volume of violence was higher - no surprise, as the resistance went much further. Targeting the jeep on the Israeli border wasn’t something that Israel would let go easily; therefore, an Israeli reaction was definitely expected – just not this big.
As a freelance journalist, I went down to the street to work on the story, and yes, I felt common, just like all the officials and people I met. People where telling me that they don’t even know what sense it makes, when we injure a couple of Israelis, and Israel kills more of us in return. “Logic!” I shouted. "Why does the resistance start it if they are just going to run to the Egyptians and ask them to mediate for a cease-fire?" I never got an answer.

Gazans have been talking about a second operation like Cast Lead since the first one ended. They know Israel has no farfetched solution. However, the first operation happened without introduction; people expected that any of the recent escalations would be the introduction this time, especially considering the nonstop Israeli threats.

On the contrary, however, the militants that I interviewed were totally eliminating the possibility of Israel making a “Cast Lead II.” They believed the Israeli threats were merely elections propaganda. “The more they threaten, the more they do nothing,” one militant told me, with all the confidence in the world.

Only one hour after this militant finished his sentence - one hour - Al Jabari was assassinated and Operation Pillar of Defense was officially declared.

I was doing my normal work when the air strike took place near my home, I didn’t hear it in news; I heard in from the mosques calling out “God is great, Al-Jabari is now a marytr.” And all in a second, I was witnessing the same scenario of how Cast Lead I started. Crazy bombings were everywhere; literally, everywhere. I called my family to make sure they were all fine, and thank God, they were all fine. They said that it’s them who are supposed to be worried about me, as I was caught in the cross-fire: I couldn’t go back home; I should stay where I was. Luckily, I was near a hotel where I could stay the whole night.

The night was hard on everyone in Gaza, and hardest on me, staying without my family beside. I spent the whole night following, writing, and not obeying my mum, going to the hospital to check it out there. At the morgue, where death smelled really ugly, there were dozens of people rushing to say goodbye to their relatives. I saw Al-Jabari's young cousin: he told me he’s not sad at all. “I’m happy he’s a martyr and I wish I could be one, as well. It’s the way of resistance that we chose.”
At the hospital, children were involved in a battle that they have nothing to do with. I saw a one-year-old girl who had all of her body burnt, but was still hardly surviving death. All the injured I saw were civilians, including children and women, who always pay the taxes to Israelis and Palestinians stretching their muscles.

Before Jabari was assassinated, life in Gaza was going normally, just like during any other round of escalation. But not anymore: The area has become a city of ghosts. Everything in Gaza has closed its doors, governmental and nongovernmental organizations, schools, shops except those for food and fuel. People know they are going to have to repeat what they learnt from their experience in the 2008-09 war. They will get enough living supplies and stay, hopefully, safe in their homes.

Today, at Al-Jabrai's funeral, I saw what proved to me that Gazans have a strong immunity against any Israeli threat or attack. People of all the ages were there, saluting and screaming in one voice: “There is no God but Allah.” They had that wild smile all over their faces. One old woman was standing at her home door, and waving her hands with a bright tear in her eye, calling: Good Bye Abu Mohammed, please say hi to my nephew, he is there in heaven waiting for you."

Abeer Ayyoub is a journalist in Gaza

Nasehat Seorang Ayah...

Nak....

Aku tuliskan surat ini atas nama
rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat
ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya,
melainkan milik Tuhannya. Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar
kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan
yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan
bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia.
Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik
itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya. Meskipun demikian,
ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang
masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna
keberadaanmu, dan makna tugas kebapak an ku terhadapmu. Sepanjang masa
keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan
siapapun. Bahkan dihadapan Allah, ketika aku duduk berduaan berhadapan
denganNya, hingga saat usia senja ini. ketika engkau suatu kali telah mampu
berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.
Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku
dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian
darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Allah.

Nak, sedih, pedih dan
terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam
waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air
mata dihadapan Allah. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku. Sejak saat itu
Nak, satu-satunya usahaku adalah ....... mendekatkanmu kepada pemilikmu yang
sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu.
Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan
membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai oleh
Allah.......

1. Hai anakku: ketahuilah,
sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke
dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu
dengan SAMPAN yang bernama TAKWA, ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah
TAWAKKAL kepada ALLAH.

2. Orang – orang yg senantiasa
menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat
penjagaan dari ALLAH. Orang yang insyaf dan sadar setalah menerima nasihat
orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari ALLAH juga.

3. Hai anakku; orang yang merasa
dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada ALLAH, maka dia
tawadduk kepada ALLAH, dia akan lebih dekat kepada ALLAH dan selalu berusaha
menghindarkan maksiat kepada ALLAH.

4. Hai anakku; seandainya ibu
bapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu, maka marahnya ibu
bapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.

5. Jauhkan dirimu dari
berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di
waktu siang dan gelisah di waktu malam.

6. Dan selalulah berharap kepada
ALLAH tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak menderhakai ALLAH. Takutlah
kepada ALLAH dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau akan
terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat ALLAH.

7. Hai anakku; seorang pendusta
akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang
telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal hal yang tidak benar.
Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah
daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau mengerti.

8. Hai anakku; engkau telah
merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat,
tetapi akan lebih berat lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau
mempunyai tetangga yang jahat.

9. Hai anakku; janganlah engkau
mengirimkan orang yg bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang
cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.

10. Jauhilah bersifat dusta,
sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal
sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.

11. Hai anakku; bila engkau
mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkarwinan,
pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada
kampung akhirat sedang kan menghadiri pesta perkarwinan hanya mengingatkan
dirimu kepada kesenangan duniawi saja.

12. Janganlah engkau makan
sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang
itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.

13. Hai anakku; janganlah engkau
langsung menelan saja karena manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan
saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan
kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.

14. Makanlah makananmu bersama
sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim
ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.

15. Hai anakku; bukanlah satu
kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah
mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yg mencari kayu bakar, maka
setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.

16. Hai anakku; bilamana engkau
mau mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura
membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha
menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila
tidak demikian, maka berhati hatilah.

17. Selalulah baik tutur kata
dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan
disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah
memberikan barang yang berharga.

18. Hai anakku; bila engkau
berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan
sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.

19. Jadikanlah dirimu dalam
segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau
mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya’ yang akan
mendatangkan cela pada dirimu.

20. Hai anakku; janganlah engkau
condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia saja karena
engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk
yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.

21. Hai anakku; usahakanlah agar
mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta kasar, karena
engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar
bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

22. Hai anakku; janganlah engkau
mudah ketawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau
berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak
ada guna bagimu, janganlah mensia-siakan hartamu.

23. Barang siapa yang penyayang
tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang
mengandungi racun, dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata
kotor tentu akan menyesal.

24. Hai anakku; bergaullah rapat
dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya karena
sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini
dengan cahaya hikmah dari mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu
disirami air hujan.

25. Hai anakku; ambillah harta
dunia sekedar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal
akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah
karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain.
Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya karena
sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah
engkau bertemankan dengan orang yang bersifat dua muka, kelak akan membinasakan
dirimu.

Inilah usaha terberatku Nak, karena
artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah.
Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu
mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu
berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku
cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat
kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih
berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan
mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.

Nak. Berhenti berarti mati,
inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau
hampir putus asa. Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan
di hadapan Allah, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas.
Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin
saat itu aku melihatmu dekat dengan Allah. Aku akan bangga Nak, karena itulah
bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemilik NYA.

Dari ayah yang senantiasa
merindukanmu...

25 laki-laki yang seksi

Engkau wanita yang mulia dan
yang rindu dimuliakan oleh belahan jiwa yang dipantaskan oleh Tuhan dengan
keindahan pribadimu, berikut ini adalah 25 sifat laki-laki yang semoga
disatukan kedalam diri belahan jiwamu.

Cobalah untuk menyusun ke-25
daftar sifat ini dalam urutan yang paling kau sukai, dan engkau akan menemui
urutan sifat yang harus kau bangun di dalam hati dan perilakumu.

Wanita yang baik bagi laki-laki
yang baik, dan sebaliknya.

Ini dia!

Laki-laki yang seksi adalah:


1. Yang sukses.

2. Yang menghasilkan uang yang banyak, tapi menyerahkan semuanya kepadamu.

3. Yang tidak salah, tapi meminta maaf kepadamu, walau pun engkau yang salah.

4. Yang bisa masak.

5. Yang menyukai dan memuji masakanmu - apa pun rasanya.

6. Yang tidak bisa menyanyi, tapi menyanyikan lagu cinta untukmu.

7. Yang tegas kepada orang lain, tapi lembut kepadamu.

8. Yang gagah berani dalam pertempuran, tapi yang merengek manja di pangkuanmu.

9. Yang matanya terbelalak, nafasnya tercekat, super lebay dan berlebihan dalam memuji
kecantikanmu.

10. Yang memimpin dunia dan dengan tegas mengharuskan kepatuhan kepada aturannya, tapi menurut kepada aturanmu.

11. Engkau tahu dia berbohong saat memujimu, tapi dia berbohong dengan indah, tulus, dan penuh cinta.

12. Yang hidup hanya untukmu.

13. Yang memerintah dan berkhotbah kepada semesta, tapi diam dengan wajah bayi dan tak bersuara saat engkau berbicara.

14. Yang berani menghadapi sebesar-besarnya musuh dan bencana, tapi yang sangat takut membuatmu menangis.

15. Yang suaranya menggelegar membuat guntur minder, tapi halus dan lembut saat menyebut namamu.

16. Yang menolak makan sebelum semua orang yang dipimpinnya makan, tapi mengikutimu di sekeliling dapur jika dia lapar.

17. Dia menyemangati rakyat untuk hidup dengan mandiri, tapi dia minta kau suapi saat makan.

18. Dia mengetahui arah perjalanan bangsa dalam menuju Indonesia yang jaya dan cemerlang, tapi kebingungan jika engkau tak bersamanya.

19. Dia pembawa pesan dari langit, tapi tetap meminta nasihatmu untuk keputusan yang penting bagi kebaikan banyak orang.

20. Dia bersedih dan menyalahkan dirinya sendiri jika engkau berlaku kasar kepadanya.

21. Saat engkau meminta maaf kepadanya, dia tersenyum dan meminta maaf telah menyebabkanmu berlaku seperti itu, walau sebetulnya engkau tahu hatinya tersayat pedih oleh
kekasaranmu.

22. Dia mengharumkan namamu sebagai Permaisuri dalam kerajaannya.

23. Dia menjadikanmu seindah-indahnya perhiasan baginya.

24. Saat dia dihina oleh orang lain, dalam kemiskinan atau dalam kejatuhan derajat, dia tetap merasa yang tertinggi dan terkaya, karena dia memilikimu.

25. Engkau adalah kebanggaan hidupnya.

Mario Teguh - Loving you all as always