how to delete files with reserved names

Because programs control the policy for creating files in Windows, files sometimes are created by using names that are not valid or reserved names, such as AUX, CON, NUL, and PRN, or LPT1. This article describes how to delete such files by using the standard user interface.

NOTE: You must be logged on locally to the Windows computer to delete these files.

If the file was created on a file allocation table (FAT) partition, you may be able to delete it under MS-DOS by using standard command line utilities (such as DEL) with wildcard(s). For example:
  • DEL PR?.*

    -or-
  • DEL LPT?.*
Another option is to use a syntax that bypasses the typical reserve-word checks completely. For example, you can possibly delete any file with a command such as:

DEL \\.\driveletter:\path\filename

For example:
DEL \\.\c:\somedir\aux

If the name in the file system appears as a directory, use the following syntax.
For example, you can possibly delete any directory with a command such as:

RD \\.\:\\

For example:
RD \\.\c:\somedir\aux

-or-
RmDir \\.\:\\

For example:
RmDir \\.\C:\YourFTP_ROOT's_PATH\COM1 /s /q

/s
-This switch removes all directories and files in the specified directory and also the directory itself. This switch also removes a directory tree.

/q-This switch stands for Quiet mode. Do not ask if you can remove a directory tree that contains the /s switch.

we will soon pray together in Al Aqsa Mosque


Being the first non-Arab official to speak about it, Turkish Foreign Minister, Ahmad Davutoglu promised that "We Shall Pray in Al Aqsa Mosque Soon".

Davutoglu's speech came during the Economic Istanbul Forum, in front of some of his Arab counterparts who participated in the forum.

According to Milliyet newspaper, Davutoglu had a private meeting with 17 Arab Foreign Ministers, in which he spoke in a strict tone saying, "Al Quds will soon be the capital of Palestine, and we will soon pray together in Al Aqsa Mosque".

A Turkish Foreign Ministry official, explained Minister Davutoglu's statement as follows, "It is known that any Turkish citizen is able to pray in Al Aqsa mosque now, but he or she has to purchase a Visa into the occupied territories. What Davutoglu means is forming a Palestinian state where its capital is Al Quds, to which Arab leaders would freely pay a visit and pray in Al Aqsa Mosque without any "Israeli" Visa".

The Turkish official further explained that to Turkey now, the end of the Gaza siege is not far away. "As freeing Gaza was our aim, establishing a Palestinian state will be a major aim", he concluded.

The Turkish stance has become pro-Palestinian and anti-"Israeli" since the "Israeli" assault on Gaza, which caused the death of 1,400 Gazan civilians, in addition to billions worth economic damages.

Adakah Aku Setegar Bunda Hajar?

Bulan Juni...Sebuah bulan yang penuh kenangan indah dan tetesan air mata bahagia. Pun, bulan Juni adalah bulan penuh linangan air mata duka. Setahun yang lalu, 14 Juni 2009, Allah memanggil kekasihku menghadap-Nya.

Ikatan suci pernikahan yang menyatukan kami, membuat hari-hari indah laksana alam surgawi ternyata begitu singkat, hanya enam tahun lebih tiga belas hari.

Kenangan-kenangan indah bersamanya terpatri kuat dalam hati. Tiada pernah terlupa tetesan air matanya saat melepas masa lajang dan ketika menemaniku berjuang melahirkan anak-anak.

Akan selalu kusimpan rapi dalam memoriku, jasa-jasa beliau menemani hari-hari hingga detik-detik akhir hayat Ibu, wanita yang melahirkan dan membesarkanku. Ketika itu, beliau pula yang menghibur dan menguatkanku.

Kini tiada lagi belahan jiwa yang menemani hari-hariku. Tiada lagi sahabat sejati, tempat aku mencurahkan perasaan dan berbagi suka duka. Tiada lagi sosok ayah berwibawa yang bersama-sama mengasuh dan membesarkan buah hati kami.

Tiada lagi laki-laki pencari nafkah untuk keluarga. Sungguh ... aku benar-benar kehilangannya, kehilangan separuh jiwaku. Kehilangan yang teramat sangat, hingga muka ini kerap bercadar air mata.

Kusadari dalam hidup ini impian tak selamanya bersesuaian dengan kenyataan. Kala perih dan pilu menyelimuti sanubari, selalu terselip nasihat untuk diri. Kuingatkan diriku bahwa seharusnya aku tersenyum bahagia karena Allah telah memilih kekasih hatiku untuk segera menemui-Nya.

Kuyakin Ia Yang Mahasegalanya akan membahagiakan belahan jiwaku di alam sana. Pun, kuyakin Yang Mahakuasa tak akan membiarkanku bergulat dengan beban kehidupan ini seorang diri. Dengan caranya yang luar biasa -yang mungkin tidak bisa dinalar dengan logika manusia- akan selalu ada uluran tangan-Nya untuk kami.

Aku selalu terinspirasi oleh kisah ketegaran dan ketawakalan Bunda Hajar. Suaminya, Nabi Ibrahim meninggalkan beliau dan anak semata wayangnya Ismail di suatu padang tandus yang bahkan tidak ada rumput tumbuh.

Kala itu Hajar bertanya, ”Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?” Ketika kekasih Allah itu membenarkan pertanyaannya, maka Hajar berkata, ”Kalau Allah yang memerintahkan demikian, niscaya Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.” Sebuah kalimat yang menunjukkan ketegaran, kekuatan iman, dan ketawakalan jiwa yang luar biasa.

Ibrahim pun telah pergi dari sisi Hajar. Setelah perbekalannya hampir habis, Hajar berlari menuju Bukit Shafa, berharap bertemu dengan suatu kafilah yang lewat untuk dimintai pertolongan. Ketika tak ditemui seorangpun, beliau turun untuk menuju Bukit Marwah.

Begitulah, beliau dengan panik, gelisah, dan khawatir, mondar-mandir hingga tujuh kali karena Ismail terus menerus menangis kehausan. Demikian juga dengan Hajar, beliau pun kehausan hingga tak keluar air susunya.

Allah Maha Menepati Janji, Ia memberikan rezeki pada hamba-Nya dari arah yang tidak disangka-sangka. Di tengah kekalutan, muncullah mata air yang letaknya dekat dengan Ismail. Hajar bergegas menuju mata air tersebut dengan penuh rasa syukur.

Tak berapa lama kemudian muncullah suatu kafilah yang meminta izin kepada Hajar untuk mengambil air Zam-zam dan bermaksud untuk tinggal di lembah itu. Sejak saat itu, Hajar dan puteranya tak sendirian lagi.

Kita memang harus banyak belajar menjadi wanita tegar, setegar Ibunda Hajar. Kuyakin, Allah tak akan meninggalkan kita. Ia selalu mendengarkan isak tangis, keluh kesah dan rintihan kita. Ia juga akan mengabulkan segala pinta kita, yang terbaik bagi kita.

Maka kini kukembali bersimpuh di hadapan-Nya, kuserahkan jiwa dan raga diiringi lantunan doa.

Rabbi...
Datang...
Datanglah Engkau...
Rengkuhlah aku...
Dalam belaian cinta-Mu
Dalam pelukan kasih-Mu

Rabbi...
Datang…
Datanglah Engkau…
Dengan tangan -Mu
Dengan keagungan-Mu
Mengangkat beban di pundakku

Rabbi…
Mahakasih-Mu
Mahakuasa-Mu
Menyuburkan samudera asa di jiwaku

***
Baiti Jannatii, 13 Juni 2010
(Ditulis sebagai curahan hati dan nasihat untuk diri)
http://nurwati-uf.blogspot.com