Pertanyaan Untuk Para JIL Mania

Assalamualaikum

Perkenalkan Saya pengunjung baru di al-islahonline. nama saya chris dengan latar belakang pendidikan S1 akuntansi, saya tinggal dimadiun.

Saya sangat berterima kasih kepada al-islahonline, karena dari website ini banyak info-info tentang islam dan perkembangannya, dan dari website ini pula saya ketahui bagaimana sepakterjang jil. Yang cukup membuat kita geregetan.

Saya bukan ustadz dan bukan santri dari salah satu pesantren manapun, tidak juga berasal dari organisasi keagamaan semacam NU ataupun Muhammadiyah. Saya baru sedikit belajar tentang islam, jadi mungkin tak banyak dalil yang saya ketahui, saya akan bantah logika jil dengan logika saya.

Mungkin ini sedikit nasihat semoga bermanfaat untuk para jil mania, dan wacana bagi muslimin agar tidak terpengaruh ajaran jil. Amiin..Amiin ya Allah..

Baru sedikit tulisan2 para jil mania yang saya ketahui, tapi walaupun demikian saya sudah dapat menyimpulkan, dedengkot jil seperti orang-orang sok pintar (padahal bodoh) yang belajar agama islam baru kemarin sore, lihat saja pendapat-pendapatnya(yang baru saya tahu,mungkin masih banyak lagi ajaran-ajaran nyleneh yang belum saya ketahui). Seperti :

1. Pengaruh kebudayaan Arab dalam ajaran Islam.
2. Menuding al-Quran sebagai kitab saduran.
3. Membuka pintu Ijtihad pada semua Dimensi Islam, segi muamalat (interaksi Sosial ), ubudiyat (ritual) dan ilahiyat (teologi), Intinya tidak mendukung alquran dan assunnah sebagai pedoman hidup dan ingin merubahnya.
4. JIL dan Pluraliame.

Saya bingung dengan Apa yang ada di pikiran kalian, apa yang kalian cari, apa tujuan kalian, mungkin uang/popularitas/sensasi atau apalah yang pasti bukan karena Allah, bukan untuk mencari kebenaran.

Mari kita bahas satu per satu, :

1. Pengaruh kebudayaan Arab dalam ajaran Islam.

Pertama
Kita sama tahu, kita tidak tahu bagaimana budaya Arab saat itu. Kita belum lahir, bahkan kakek kita belum lahir. Tapi para jil mania, sudah sok tahu, sok pinter, sok ngerti bagaimana kebudayaan Arab. Padahal kita tahu, Islam sudah ada sebelum Arab ada, Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi-nabi dan Rosul-rosul yang lain sudah menyebarkan Islam. Lalu, manakah yang lebih dulu? Budaya Arab dulu? Atau Islam dulu? Jangan sok tahu deh..

Saya beri perumpamaan, orang jawa memiliki budaya makan dengan tangan kanan. Jika Islam turunnya pertama kali di tanah jawa, apakah kamu juga akan menuduh Islam meniru budaya jawa?

kedua
Umpamakan kamu baru diterima bekerja disuatu perusahaan. Kamu juga tahu, setiap perusahaan punya peraturan. Aturan-aturan yang sudah dirumuskan oleh pemilik perusahaan. Bagaimana seragam yang harus digunakan, bagaimana job description mu, bagaimana ketaatanmu kepada atasanmu, bagaimana ketaatanmu pada pemilik perusahaan, pekerjaan apa yang kamu lakukan, sebagai wujud pengabdianmu. Apakah kamu juga akan punya aturan sendiri? Apakah kamu akan merekayasa aturan baru? Menafsirkan peraturan ini seperti ini, peraturan itu harusnya seperti itu. Padahal baru kemarin sore kamu diterima, padahal baru kemarin sore kamu membaca aturan perusahaan tersebut. Padahal orang-orang yang tingkatnya lebih dari kamu merasa cukup dengan aturan-aturan itu. Padahal orang-orang yang mengumpulkan aturan-aturan itu, sampai hapal semuanya, sudah merasa cukup, dengan aturan yang dibuat oleh pemilik perusahaan. Dan itu terserah yang punya perusahaan. Kamu tidak puas dengan aturan-aturan yang ada? Silahkan cari kerja ditempat lain.

Siapakah pemilik langit dan bumi? Siapakah yang berkuasa didunia dan akhirat? Terserah Allah mau membuat aturan gimana. Terserah Allah mau membuat aturan muamalat (interaksi social), ubudiyat (ritual) dan ilahiyat (teologi) bagaimana. Terserah Allah jika ajaran islam lebih banyak mirip dengan Arab. Dia yang punya segalanya baik yang dilangit dan dibumi. kamu tidak berhak menuduh macam-macam. Emang pangkatmu apa? Dengan kamu protes, kamu menghina Allah telah lupa, karena kamu menganggap Allah telah melupakan syari¡¯at yang kamu usulkan, syari¡¯at telah menuduh Allah bodoh, (Maha Suci Allah dari apa yang kalian tuduhkan) tidak memikirkan bagaimana perkembangan dunia dan peradapan 1000 thn setelah datangnya nabi..Islam bukan seperti aturan perusahaan. Islam agama yang sempurna, Islam agama universal, bukan untuk bagian bumi ini, bagian bumi itu saja. Islam dibuat bukan hanya untuk zaman sekarang, tapi zaman dahulu dan zaman yang akan datang. Kalo kamu tidak puas dengan agama Islam? Silahkan keluar, Allah tetap memberikan nikmat kepadamu. Kamu masih boleh tinggal di bumi, kamu masih boleh hidup. Islam tidak butuh orang-orang seperti kamu. Jadi tukang dongeng saja.. mungkin temen-temen kemarin sore mu akan setia mendengarkannya..

ketiga
¡°Wa likullin ja¡¯alna minkum syir¡¯atan wa minhaja¡± masing-masing umat suatu rasul diberikan syari¡¯at dan manhaj. Sepertinya tidak ada yang salah dengan dalil ini. Cuma kamu saja yang cari-cari masalah, cari-cari dalil untuk membenarkan pendapatmu. Mencari celah agar bisa membuat syari¡¯at baru. Pada zaman nabi musa, Allah memberi syari¡¯at dan manhaj yang terbaik, yang paling sempurna sampai saat itu. Kemudian turun nabi isa, Allah memberi syari¡¯at dan manhaj yang terbaik, yang lebih sempurna. Kemudian diutus nabi Muhammad untuk menyempurnakan lagi. Dan agama Islam yang disampaikan melalui utusannya nabi Muhammad, adalah agama yang paling sempurna, Allah Maha tahu apa yang akan terjadi dahulu, kini, dan nanti. Sehingga Allah tidak mengutus lagi nabi yang lain setelah nabi Muhammad. Terus apanya yang salah. Dan sebenarnya kamu saja yang sangat salah menafsirkannya.

keempat
kamu mengatakan ¡°karena alqur¡¯an turun dalam bahasa Arab, maka struktur linguistic Arab mempengaruhi ajaran Islam itu sendiri¡±. Saya mau bertanya, apakah struktur linguistik mempengaruhi suatu ajaran? Adakah bukti penelitiannya?

Saya akan beri contoh : struktur linguistik china, apakah mempengaruhi ajaran agama-agama yang muncul disana? Struktur linguistik amerika, apakah mempengaruhi cara berfikir pemakainya?

Apakah struktur linguistik akan merubah cara berfikir seseorang?

Apakah orang arab baik semua? Tidak ingatkah kamu dengan Abu Jahal? dengan Abu Lahab? Apakah struktur linguistic mempengaruhi pendapat mereka? Mempengaruhi aqidah mereka?

Kelima
Kamu mempermasalahkan ayat ¡°Inna anzalnahu qur¡¯anan ¡®arabyyan la¡¯allakum ta¡¯qilun¡± dengan argument bertele-tele, kesana-kemari, tidak perlu bingung, gitu aja ko repot, Sarjana ko seperti anak TK. Emang yang menerima langsung (L,A,¨¯,G,S,U,¨¯,G, bacanya LANGSUNG!) orang Indonesia? orang Amerika? Ya jelas orang Arab to! Masa ¡°Inna anzalnahu qur¡¯anan indunisyyan la¡¯allakum ta¡¯qilun¡±. Ya tidak mungkin to. Bego banget sich. Masalah kenapa Islam turunnya di Arab itu terserah Allah, itu hak Allah, bilang aja kamu tidak puas. Aku yakin, seumpama Islam turunnya di Indonesia, atau di Amerika, kamu pasti juga protes.

Keenam
jil tidak setuju jika dituduh menghina Allah, dengan berargumen ¡°kalau wahyu tidak dipengaruhi oleh budaya local, kenapa setiap datang Nabi baru, sebagian ajaran Nabi sebelumnya dibatalkan?

Permasalahan argument kamu sebenarnya bukan pada kenapa ajaran berubah? Tapi kenapa Rasul tersebut diutus. Kalo syari¡¯at yang sudah ada sudah mencukupi kebutuhan umat pada saat itu, tidak perlu dong seorang rasul bahkan nabi akan diutus. Kalo seorang rasul diutus, pasti ada perubahan.

Sebenarnya permasalahan intinya bukan pada kenapa berubah, tapi intinya ada pada pikiranmu sendiri. Seumpama syari¡¯at sejak zaman nabi musa sampai sekarang tidak berubah, kamu pasti juga protes, ¡°ini kan ajaran pada zaman musa, tidak relevan dong jika diterapkan pada zaman sekarang¡±

¡°Syari¡¯at ini kan cocoknya dengan budaya jaman dahulu..¡±

Maka dari itu diutus Nabi Muhammad, untuk menyempurnakan.

Sebenarnya tuduhan kamu tentang agama islam dipengaruhi budaya local (Arab) Cuma alasan kamu saja untuk menolak syari¡¯at-syari¡¯at Islam. Sebenarnya kamu ingin mengatakan ¡°syari¡¯at Islam itu hanya untuk orang Arab saja. Dan seterusnya.. dan seterusnya..¡±dan finalnya kamu akan mengatakan ¡°syari¡¯at Islam tidak sempurna, syari¡¯at Islam hanya untuk orang jaman dulu saja, syari¡¯at Islam tidak relevan diterapkan jaman sekarang.¡±

Apakah kamu masih merasa tidak menghina Allah tidak menghina nabi Muhammad?

Apakah kamu mengira Allah dalam merumuskan syari¡¯at Allah tidak tahu dan tidak mempertimbangkan bagaimana kondisi jaman sekarang?

Apakah dengan pendapat seperti itu kamu tidak merasa, telah menuduh nabi Muhammad tidak menyampaikan seluruh risalah yang dibawanya?

Ketujuh
Anda mengatakan ¡° karena wahyu Islam turun dalam bahasa Arab, maka ¡°pandangan dunia¡± orang Arab jelas mempengaruhi ajaran Islam¡±. Saya bingung dengan ¡°pandangan dunia¡±, yang kamu maksudkan dunia yang mana? Kaya omonganmu mewakili dunia aja.

Enggak perlu banyak alasan deh, Saya tahu kok, sebenarnya kamu mau ngomong begini ¡°syariat islam itu untuk orang arab, harusnya ada juga syariat untuk orang Indonesia, syariat untuk orang amerika¡±, atau yang lebih kasar lagi ¡°harusnya ada syariat khusus untuk penjahat, syariat untuk pelacur dan ada juga syariat untuk jil¡± intinya kamu mau bilang ketidakpuasanmu dengan syariat Islam yang ada, yang menurutmu ¡°Arab banget gitu lohhhhh¡¦¡±

Saya punya sedikit usulan buat kamu (jil mania), kamu keluar aja dari islam. Bikin agama baru, jangan pake embel-embel Islam segala deh. Islam tidak butuh kamu. tidak papa ko kamu kalo mau tiru sedikit2 ajaran Islam, banyak juga boleh, katamu kan yang penting (ngakunya..) menyembah Allah, Kristen katanya juga menyembah Allah (katanya sich..), yahudi juga gitu (katanya juga..). tidak perlu pake nama Islam. plin-plan banget. Mo dibilang Islam, tapi banyak protes, kalo dibilang kafir tidak mau..

O iya ya, kalian kan dosen IAIN, kalo keluar dari Islam kan tidak jadi dosen lagi dong…

Sory deh kalo gicccuuuuu¡¦.

Kedelapan
Kamu memberi contoh¡±penggambaran surga dalam qur¡¯an jelas sekali dipengaruhi oleh ¡°ekspetasi¡± yang khas Arab terhadap apa yang disebut dengan ¡°jannah¡± atau kebun (surga)¡±. Permasalahannya disini adalah saya dan kamu, bahkan seluruh manusia didunia ini, tidak tahu bagaimana surga itu sebenarnya. Dan nabi pun menggambarkan bahwa keindahan surga tidak pernah terbersik dalam pikiran kita. Kalo memang keadaannya seperti itu, apa harus dikisahkan lain? Saya tahu kamu tidak suka sungai, karena rumahmu sering kebanjiran. Mungkin kamu akan menyadari indahnya sungai kalo kamu tinggal didaerah kering.

kesembilan
kamu mengatakan ¡°seandainya ¡°pesan Allah¡± itu turun ditanah Jawa, sudah pasti wahyu Allah akan berbeda.¡± Apa maksud kamu mengatakan wahyu Allah akan berbeda? Kamu berkata seolah kamu tahu maksud Allah, apa kamu pikir Allah plin-plan? Apa kamu pikir Allah seperti kamu? Kalo disana ngomong begini, kalo disini ngomong begitu.. bertobatlah..

kesepuluh
kamu mengatakan ¡°bukankah memanjangkan jenggot adalah khas tradisi Arab? Bukankah wahyu, dalam kasus ini, sangat dipengaruhi oleh kultur Arab?¡± emangnya kamu sudah lahir ketika hadits masalah jenggot ada? Emangnya kamu tahu orang-orang arab sebelum Islam sudah bertradisi memelihara jenggot? Ada dua tuduhan yang kamu lontarkan dengan kamu berpendapat seperti itu :

1. Kamu menuduh Allah dipengaruhi oleh makhluknya, karena kamu menuduh wahyu Nya dipengaruhi oleh kultur Arab.

2. Kamu menuduh nabi Muhammad tidak amanah, telah lancang menambah-nambahi risalah Islam dengan kebiasaan-kebiasaan orang Arab.

Apakah kamu belum sadar, kalo kamu sudah menghina Allah dan Rasul Nya?

2. Menuding al-Quran sebagai kitab saduran.

pertama
Sebenarnya ini cerita lama, lamaaaaa bangeeeettt. Sampe-sampe Saya belum lahir, tidak Cuma tuduhannya saja, tapi BANTAHANNYA sudah ada. Lucu banget sich kamu.., (sayang kalian tidak denger saya ketawa).Kalo boleh saya umpamakan, orang-orang jil baru menemukan teori manusia dari kera, padahal kakek saya tidak perlu sekolah sudah bisa bantah. Basiii banget gicu LLoooohhhh!!!

Sebenarnya benar-benar sekolah tidak sich.. Ijazahnya palsu kali¡¦

Sarjana ko kaya gini, tidak masyuk akal..

Belajar lagi gih..

kedua
Saya beri contoh, waktu eko kelas 1 SD, Ibu guru mengajarkan kepada Eko bahwa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus tahun 1945.

10 tahun kemudian, ibu guru pindah sekolah, ia punya murid namanya dwi, ibu guru mengajarkan hal yang sama juga, bahwa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Kemudian bu guru pindah ke SD di Jakarta, disana dia mengajarkan kepada muridnya yang bernama tri bahwa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Eko, Dwi, dan tri tidak saling kenal.

Beberapa tahun kemudian, eko menulis buku tentang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus tahun 1945.

5 tahun berikutnya, Dwi juga menulis buku tentang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus tahun 1945.

5 tahun berikutnya lagi, tri juga menulis buku tentang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Apakah kamu akan menuduh tri menyadur tulisan Eko dan Dwi?

Apakah hanya karena sama, suatu dianggap meniru?

Apakah kamu masih merasa tidak menghina Allah telah keliru memilih Nabi?

Apakah kamu masih merasa tidak menghina Nabi sebagai pembohong, tukang sadur, tidak benar-benar dari Allah tapi mengatakan hal itu dari Allah?

Kamu kok Bego banget sich..

3. Membuka pintu Ijtihad pada semua Dimensi Islam, segi muamalat (interaksi Sosial ), ubudiyat (ritual) dan ilahiyat (teologi), Intinya tidak mendukung alquran dan assunnah sebagai pedoman hidup dan ingin merubahnya.

Pertama
Sekali lagi saya mau bilang, pengetahuan saya tentang Islam masih sedikit, hapalan tentang hadits baru sedikit, hapalan ayat alquran baru sedikit, tapi saya sudah amat sangat yakin sekali banget dll, seyakin-yakinnya, bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna, yang paling benar, tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan.

Alhamdulillah..Alhamdullillahirobbil ¡®aalamiin..walaupun baru sedikit yang saya pelajari, saya tidak seperti para jil mania, sok tahu, sok pinter, sok pandai (sama ya..?) pokoknya itulah, sok merasa benar sehingga merasa harus membenarkan aturan yang sudah ada (padahal malah salah), padahal hapalan haditsnya baru sedikit, hapalan alqur¡¯annya baru sedikit. Sok pakai hadits ini..itu.., ayat ini maksudnya ini..itu.. padahal kalo dia mau belajar lagi ada hadits lain yang menjelaskan maksudnya, tidak perlu mikir-mikir lagi, tidak perlu repot-repot, para ulama sudah menjelaskan maksudnya, para ulama sudah menjelaskan tafsirnya. Gitu aja ko repot..

Saya akui, hapalan hadits saya sedikit, hapalan alqur¡¯an saya sedikit, tapi coba tengoklah, lihatlah, meliriklah Imam Bukhori, Imam Muslim, yang hapalan haditsnya lebih banyak, yang hapalan haditsnya juga kamu akui (buktinya kamu masih menggunakan hadits-hadits riwayat mereka sebagai dalil), yang mempelajari Islam lebih dari kamu, apakah mereka berpendapat nyleneh seperti kamu? Apakah para imam tersebut juga punya keinginan menambahi/mengurangi syariat Islam yang sempurna ini. Cobalah merenung, cobalah berfikir. Apakah pendapatmu bahwa menempatkan wahyu dan akal sejajar benar? Permasalahannya adalah, kamu bandingkan dengan akal siapa? Apakah akal kamu yang Cuma hapal 1,2,3 juz, kamu bandingkan dengan akal yang bisa menghapal 30 juz, dan ribuan hadits? Apakah dengan akal sebatas yang kamu punya sudah merasa sejajar dengan para ahli hadits? Sejajar dengan ahli tafsir? Bahkan kamu mensejajarkan akalmu dengan wahyu, yang merupakan berasal dari Allah. Yang merupakan pendapat Allah, yang memiliki alam semesta, Yang Maha Tahu apa yang ada dilangit dan dibumi, Yang Maha Tahu apa yang akan Terjadi. Apakah kamu masih tidak merasa menghina Allah? Membandingkan akalmu dengan Wahyu Nya.

Saya tahu, kamu tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar Ba¡¯asyir, Usamah Bin Laden, dan para teroris, saya pun tidak sependapat dengan mereka. Apakah kamu sadar apa sebab Abu Bakar Ba¡¯asyir berpendapat seperti itu? Apakah sebab mereka berpendapat seperti itu? Mereka juga berpikiran seperti kamu. Menafsirkan ayat sesuai dengan hawa nafsu mereka, menafsirkan sesuai dengan akal mereka, tanpa melihat bagaimana penafsiran para ahli hadits, bagaimana penafsiran para ahli tafsir. Merasa akal mereka sudah cukup, merasa otak-otak mereka sudah mumpuni dan mampu untuk memahami maksud-maksud Allah. Apakah kamu masih tidak merasa menghina Allah?

Apakah kamu belum menyadari apa penyebab perpecahan umat Islam? Apakah kamu belum menyadari apa penyebab banyaknya perbedaan pendapat?

Apakah kamu masih merasa akalmu sejajar dengan wahyu? Berapa IQ mu? Apakah kamu masih merasa berhak menafsirkan ayat Alquran yang mulia dan menafsirkan hadits-hadits dengan isi otakmu yang terbatas? Apakah kamu merasa akal kamu sudah cukup? Apakah kamu merasa otak kamu sudah mumpuni dan mampu untuk memahami maksud-maksud Allah? Apakah dengan 1-2 ayat kamu berani menafsirkan apa maksud dari ayat itu? Apakah dengan 1-2 hadits kamu berani menafsirkan apa maksud dari hadits itu? Padahal ada ayat lain yang menjelaskan maksudnya. Padahal ada hadits yang menjelaskan maksudnya..

Kalo boleh saya umpamakan lagi, kamu itu baru lihat cover sudah komentar, tapi sudah protes, Tapi sudah mengatur, harusnya buku ini isinya begini, begitu, isinya ditambah ini, dikurangi itu, padahal kamu belum baca seluruh isinya.

Kedua
Kamu mengatakan ¡°Apa sih yang disebut hukum Qur¡¯an itu? Qur¡¯an memang panduan dan ¡°guide bagi kehidupan umat Islam (hudallinas), tetaoi dia bukan kitab hukum.¡±

Lalu apa sih kitab hukum itu? Apakah suatu kitab, dikatakan kitab dikatakan kitab hukum, kamu yang menentukan? Apakah hanya karena Teks-teks Qur¡¯an bisa ditafsirkan secara berbeda-beda oleh para ulama dan sarjana suatu kitab tidak bisa dijadikan kitab hukum?

Mungkin kamu saja yang tidak bisa ilmu tafsir, jadi kebingungan saat membaca ayat-ayat Alqur¡¯an. Kebingungan bagaimana memilih penafsiran yang benar. Bagaimana memilih pendapat yang benar.

Begini para jil mania, orang yang pintar akan melihat segala sesuatu dari berbagai segi, berbagai sudut pandang, tidak melihat dari satu sisi saja, tidak menurut pendapat satu orang saja, setelah mendengar pendapat dari banyak orang, baru bisa kita lihat siapa yang benar, setuju ga?

Kemudian saya lanjutkan dengan sebuah pertanyaan yang sebaiknya anda renungkan. Sebenar-benarnya aturan yang universal itu dibuat untuk mengatur siapa? Untuk mengatur kamu saja? Untuk mengatur nabi saja? Untuk mengatur orang yang sudah teratur? Ataukah untuk orang yang tidak teratur yang tidak tahu aturan?

Dan didasarkan pada siapa aturan itu dibuat? Apakah didasarkan pada yang sudah teratur? Apakah didasarkan pada yang tidak tahu aturan?

Tapi masalahnya disini adalah, kamu dengan bangga mengatakan percaya kepada Allah, sudah cukup. Jadi tidak butuh pedoman hidup lagi. Karena pedoman hidup hanya untuk yang tidak punya pedoman saja, aturan hidup untuk orang yang tidak bisa diatur saja. Kamu merasa tidak perlu lagi mentaati aturan-aturan itu. Dan tidak berfikir bagaimana orang lain.

Kamu selama ini berfikir bahwa kamulah yang meluruskan Islam, kamulah yang benar, beginilah agama yang benar, beginilah agama yang seharusnya. (walaupun kamu tidak mengatakan itu, tapi kamu mengajarkannya pada orang lain, saya tidak tau lagi kalo anda ternyata setan yang ingin orang lain salah, dan senang jika orang lain terjerumus dalam neraka). Saya beri tahu kamu, sebenarnya kamu bodoh, kamu berpikiran cupet, kamu sok memperjuangkan orang banyak, tapi sebenarnya berfikir untuk dirimu sendiri, kamu tidak berfikir bahwa dunia ini luas. Kamu pasti tidak menyadarinya, dan tidak mau mengakuinya.

Keluar dong dari tempurung otakmu! Biar otakmu bisa melihat dunia.

Saya beri contoh logika berfikir tentang bagaimana sempurnanya Islam :

  1. Saya yakin kamu dan teman-temanmu orang biasa saja, ambisi kamu, keinginan kamu, nafsu kamu, hasrat sex kamu biasa-biasa saja, atau mungkin(¡¦). Jadi kamu tidak tahu bagaimana orang yang memiliki nafsu yang lebih besar, otak kamu tidak sampe berfikir sejauh itu, otakmu tidak bisa berpikir ternyata ada orang yang seperti itu. Ternyata ada orang-orang yang tidak cukup cuma satu, bahkan jika dituruti sampai 10, tetap saja masih kurang. Ternyata ada orang diujung dunia sana yang masih terangsang melihat wanita berjilbab, apalagi berjilbab sexy, apalagi tidak berjilbab, apalagi lihat goyangan inul.. Kalo kamu punya nafsu seperti itu, kamu akan tahu kenapa wanita harus berjilbab. Kamu tidak lagi membela kemaksiatan atas nama seni. Kamu akan akui kesempurnaan Islam. Kamu akan sadar bagaimana Islam melindungi wanita, mengagungkan wanita. Sayangnya kamu yang katanya toleran dan menggembar-gemborkan toleransi, ternyata Cuma omong tok. Cuma dimulut, tapi otaknya tidak jalan. Dan ingatlah aturan universal itu dibuat berdasarka dan untuk siapa? Apakah untuk orang yang tidak punya nafsu saja? Atau aturan berpakaian dibuat berdasarkan orang yang tidak bisa melihat? Apakah aturan itu didasarkan pada mereka saja? Toleransi dong! Toleransi!..
  2. Masalah hukuman mati. Orang jil mengatakan ¡°bukan qishas atau rajam atau jilbab yang wajib diikuti, tetapi nilai-nilai yang ada dibaliknya¡±, Saya bertanya kepada kamu, apakah kamu tahu nilai-nilai yang ada didalam hukum-hukum tersebut? Apakah kamu yakin kamu tahu nilai-nilai apa yang dimaksudkan Allah? Apakah pikiranmu sama dengan yang dipikirkan Allah? saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar, tidak perlu banyak cing cong, tidak perlu banyak teori, tidak perlu beli buku atau jadi kriminolok dulu, atau mengambil pendapat mereka, begini saja, kalo kamu pernah punya teman yang pernah masuk penjara (residivis), atau kamu pernah dipenjara, tinggal 1 kamar dengan para kriminil, atau begini, kamu tinggal aja 1-2 bulan dipenjara, masuklah dipenjara bagian orang-orang yang melakukan kejahatan tingkat tinggi, fahami bagaimana cara berfikir mereka, fahami apa yang mereka takuti, dan cari hukuman apa yang bisa membuat takut dan tidak mau melakukan kejahatan? Apakah hanya dengan hukuman penjara saja? Hukuman seumur hidup? Atau mungkin kamu menunggu dan baru akan sadar kalo kamu jadi korban kejahatan mereka. Berfikirlah maju, jangan sebatas otakmu saja, dunia ini luas. Fahami bagaimana kehidupan ini, bagaimana kenyataan yang terjadi. Bertanyalah pada otakmu sendiri Apakah hukuman dibuat berdasarkan pemikiran orang-orang yang tidak melakukan kejahatan? berdasarkan orang yang tidak berfikiran untuk melakukan perbuatan jahat? Ataukah didasarkan pada pelaku kejahatan? Apakah aturan membunuh didasarkan pada orang yang tidak punya keinginan membunuh? Kalo kamu sudah tahu jawabannya, kamu akan fahami betapa sempurnanya hukum-hukum Islam. Kamu akan fahami betapa indahnya Islam sebagai life style, Islam sebagai life management, bagaimana Islam sebagai pedoman hidup, bagaimana aturan-aturan Islam mengatur orang-orang yang tidak bisa diatur, dan ternyata Islam benar-benar sempurna. Islam begitu Universal. Sekali lagi saya bertanya, Apakah aturan universal yang sempurna dibuat berdasarkan dan hanya untuk mengatur orang-orang yang sudah teratur saja?
  3. Menikah dengan non muslim. Orang-orang jil menggunakan banyak dalil, baik dari Alqur¡¯an, hadits, tapi dengan penafsiran yang tidak karuan. Para ustadz juga sudah banyak yang membantah kelemahan penafsiran dalil-dalil yang mereka gunakan. Saya hanya sedikit menambahi, saya belum tahu banyak dalil, tapi saya hanya mengajak para jil mania melihat kenyataan. Bagaimana keluarga itu seharusnya? Bagaimana keluarga yang bahagia itu seharusnya? Apakah kamu pernah mendengarkan keluhan-keluhan keluarga yang akan bercerai? Apakah kamu memahami bagaimana keluarga bila memiliki standar ganda, bagaimana keluarga jika memiliki tujuan hidup yang berbeda? Apakah kamu pernah merasakan susahnya mempertahankan keluarga yang seperti itu? Padahal sudah seribu cara sudah dilakukan untuk mempertahankan keluarga. Apakah kalian baru akan sadar setelah kalian mengalaminya? Apakah kamu menunggu bercerai dulu baru kamu menyadarinya? Semoga para pembaca tidak mengalaminya. Semoga para jil mania tidak mengalaminya. Amin..

    Mungkin kamu akan mengatakan ¡°itukan kasus orang-orang egois, yang tidak mau untuk saling mengalah, buktinya banyak yang pernikahan beda agama yang bahagia¡±.

    Saya akan bertanya kepada anda lagi, apakah aturan yang universal itu dibuat hanya berdasarkan dan hanya untuk mengatur orang-orang yang sudah teratur saja? Apakah tujuan peraturan itu dibuat untuk memperbaiki orang yang sudah baik? tidak ada gunanya dong..!!

    Belajarlah berfikir sebagai orang lain. Belajarlah berfikir dari berbagai sudut pandang. Agama dibuat bukan hanya untuk orang utan kayu dan paramadina!

  4. Bersyukurlah kamu, bersyukurlah kepada Allah! Atas nikmat-nikmat yang elah diberikan kepadamu, karena saya yakin kamu memang yang hidupnya tenang-tenang saja, aman-aman saja, biasa-biasa aja, tidak pernah neko-neko, tidak pernah nakal, tidak pernah maen kesini, maen kesana, tidak pernah hidup susah, atau mungkin hidup diantara orang-orang susah. Hidupmu mungkin sangat berkecukupan, hanya makan, tidur, sekolah, kuliah, kerja, pulang. Tidak pernah menghadapi masalah yang berat, tidak pernah mengalami dikejar-kejar kematian. Benar-benar tidak tahu bagaimana hidup dilingkungan yang berbahaya, bagaimana hidup dilingkungan yang tidak punya sopan santun, tidak punya aturan, yang ada hanya ¡°Senggol Bacok¡±. Saya yakin kamu tidak pernah hidup dilingkungan seperti itu. Dan kamu tidak perlu mencobanya, kamu cukup saya kasih tahu saja, bahwa ada bagian lain dari dunia ini yang seperti itu. Dan jika suatu saat nanti kamu sudah bisa membayangkannya mungkin kamu baru sadar, bagaimana indahnya muamalat (interaksi social) yang diajarkan Islam. Sekali lagi saya mengajak kamu untuk berfikir, bahwa lingkungan-lingkungan di dunia ini isinya tidak hanya real estate, tapi ada juga lingkungan kumuh, ada juga lingkungan yang keras dan banyak lagi lingkungan yang tidak terpikirkan dalam otakmu. Dan saya akan bertanya lagi kepadamu, Apakah aturan muamalat yang universal dibuat hanya berdasarkan dan hanya untuk real estate dan lingkungan yang sudah teratur saja?
  5. Kamu mungkin mengkambinghitamkan umat Islam Poso, Ambon. Saya yakin, karena kamu tidak punya pendirian, jika kamu disana, kamu tidak akan ngomong seperti itu. Bagaimana ketidakadilan yang terjadi, bagaimana diskriminasi yang terjadi. Bagaimana umat Islam diperlakukan, pada saat mereka minoritas. Padahal dilingkungan yang mayoritas umat Islam, umat Islam tidak melakukan ketidakadilan seperti itu. Kemudian kamu, dengan wajah seolah tanpa dosa, menyalahkan muamalat umat Islam disana. Apakah aturan-aturan muamalat yang ada disana dibuat oleh orang-orang minoritas? Jangan hanya duduk dibelakang meja, kemudian langsung menghakimi mereka, seolah-olah tahu apa yang terjadi disana. Berfikirlah yang bijaksana! Jangan hanya bisa bicara toleransi dimulutmu saja. Hidup tidak hanya makan-tidur,makan-tidur. Tidak hanya melihat warna dunia lewat Koran mu dan televisi mu, yang warnanya terbatas, hanya hitam-putih, dan tidak seindah warna dunia aslinya.

4. JIL dan Pluralisme.

JIL menggembar-gemborkan pluralisme, mengatakan bahwa semua agama sama. Saya akan membantah pendapat mereka dengan bertanya pada jil mania, apakah kamu pernah beragama selain agama Islam? Bagaimana kamu bisa mengatakan semua agama sama? Apakah hitam dan putih sama? Hanya orang-orang buta yang berkata demikian. Hanya orang buta terhadap agama Islam yang mengatakan Islam sama dengan agama yang lain.

Apakah agama yang Tuhannya plin-plan sama dengan agama Islam?

Apakah agama yang kitab sucinya penuh kontroversi sama dengan agama Islam yang kitab sucinya terjaga sepanjang masa?

Apakah agama yang cukup dengan percaya, tanpa melakukan apa-apa sudah bisa masuk surga, kamu samakan dengan agama Islam?

Apakah dengan masuk islam tanpa menjalankan perintah-perintahnya sudah cukup untuk masuk surga?

Coba saya umpamakan. Apakah dengan mendaftar masuk IAIN, tanpa mengikuti kuliah, tanpa mengikuti peraturan-peraturan yang ada, bisa dijamin lulus? Universitas macam apa kalo ternyata seperti itu?

Apakah kamu menyamakan kualitas mahasiswa universitas seperti itu dengan universitas yang mewajibkan mahasiswanya untuk mentaati aturan, mengikuti kuliah?

Apakah agama yang membebaskan pemeluknya untuk berbuat apa saja, yang penting iman. Kamu samakan dengan Islam, agama yang memiliki manajemen hidup terbaik?

Apakah agama buatan manusia kamu samakan dengan agama islam yang diajarkan oleh Tuhanmu?

Apakah agama buatan manusia kamu samakan dengan agama yang berasal dari Allah?

Apakah kamu mengira agama yang penuh kekurangan sama dengan Islam yang sempurna?

Apakah kamu masih tidak merasa menghina Allah, menghina Nabi Muhammad, menghina umat Islam?

Jika saya ibaratkan, kamu dengan ilmu yang kamu miliki, tak ubahnya seperti binatang ternak, karena hanya binatang ternak yang merasa batu 1kg dan emas 1kg sama. Tidak bisa membedakan apa yang dibawanya.

Sadarlah!

Agama Islam Tidak dibuat untuk masa kini saja, tapi masa lalu dan masa yang akan datang. Apakah kamu mengira Allah tidak tahu apa yang terjadi dimasa depan? Apakah kamu mengira Allah tidak mempertimbangkan kondisi sekarang, kondisi masa depan? Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah Maha Tahu? Apakah ini bukan penghinaan namanya?

Ketahuilah! Allah Maha Tahu, Allah Maha Tahu apa yang terjadi masa lalu, sekarang dan masa depan. Allah telah membuat agama yang sangat sempurna. Islam adalah agama yang universal.

Agama Islam bukan dibuat untukmu saja, tapi untuk seluruh makhluk, untuk jin dan manusia.

Apakah kamu ingin agama yang flexible? yang bisa berubah-ubah? Yang tiap daerah berbeda? Tiap masa berubah? Keluar aja dari Islam. Masuk saja ke agama buatan manusia.

O iya ya, saya lupa lagi, kalian kan dosen IAIN, kalo keluar dari Islam kan tidak jadi dosen lagi dong… tidak bisa cari uang lagi dong¡¦ jadi pengangguran dong¡¦ tidak laku lagi dong¡¦

Sory deh kalo gicccuuuuu¡¦

Saya tahu bagaimana tipe orang-orang seperti kamu, bagaimana cara berpikir kamu, mungkin jika kamu dilingkungan pemakai narkoba, kamu akan jadi pemakai narkoba, dan kamu akan mengatakan, pemerintah tidak akan melarang pemakaian narkoba jika pemerintah disini, jika pemerintah ikut merasakan nikmatnya narkoba.

Dan seterusnya..dan seterusnya..

Hingga akhirnya kamu juga akan mengatakan, jika Allah menurunkan Islam di kolombia, didaerah pusat-pusat narkoba, Allah akan menurunkan wahyu yang lain, mungkin Allah akan memperbolehkan narkoba¡±

Maha Suci Allah dari apa yang kalian tuduhkan¡¦

Maha suci Allah dari apa yang kalian sifatkan¡¦

Allah tidak plin-plan seperti kamu¡¦

Allah tidak seperti kamu yang tidak punya pendirian¡¦

Kamu hanyalah jiwa-jiwa bejat yang terjebak dilingkungan Islam. Mungkin kalo kamu tidak tinggal dilingkungan yang agamis, kamu akan jadi berandalan.

Man yahdihillah, falan yudillalah..

Man yudlillahu, falan tajida lahu waliyyan mursyidaa..

Sory kalo kata-kata saya ada yang menyinggung, kamu kan toleran, harusnya toleran dong, cara ngomong orang didaerah saya dan daerahmu kan beda-beda, kalo kamu tinggal didaerah saya, kamu pasti juga seperti saya, bahkan pasti lebih kasar dari saya, tapi kalo saya tinggal didaerahmu, saya yakin tidak akan seperti kamu, kamu kan plin-plan, tidak punya pendirian¡¦

Semoga nasihatku bermanfaat..dan Allah memberikan hidayah yang dapat membuat kamu sadar dan segera bertobat.. amiin

Wa allahu a¡¯lam bishshawab

Wassalam
Chris

http://al-islahonline.com/bca.php?idartikel=219

JIL: TOLAK SYARI’AT ISLAM!

Sekali lagi tentang JIL. Nama sebuah jaringan ini kian tenar, meskipun banyak pihak yang mengecamnya.
Sebenarnya kampanye penyatuan agama, “semua agama itu sama”, “sama-sama menyembah Tuhan”, “Islam bukan agama yang paling benar”, yang lebih populer disebut teologi pluralis, sudah cukup sebagai bukti bahwa mereka adalah para pengusung panji-panji kekufuran, yang pelakunya bisa jadi kafir alias murtad.
Kalau kita telusuri lebih dalam lagi tentang gaya pikir JIL, akan terlihat secara jelas tentang program JIL dan siapa JIL sebenarnya dalam situs resmi milik mereka. Secara terbuka mereka gambarkan prinsip JIL yaitu menekankan “kebebasan dan “pembebasan”, karena (kata mereka) Islam disifati dengan 2 sifat tersebut. JIL membangun beberapa landasan tentang penafsiran tertentu atas Islam, diantaranya; membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam, mempercayai kebenaran itu relatif, memihak pada yang minoritas dan selainnya. JIL pun percaya diri bahwa misinya akan berhasil yaitu menciptakan struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi, katanya. (http://www.islamlib.com)
Namun umat Islam telah menilai gaya pikir JIL dengan para tokoh-tokohnya adalah sangat membahayakan kemurnian dan keadilan syari’at Islam. Ulil Abshar Abdalla, tokoh JIL telah mengeluarkan pernyataan secara tegas bahwa hukum Tuhan tidaklah ada. (Harian Kompas, tanggal 18 Desember 2002)
Inilah hakekat tujuan JIL sebenarnya yaitu: “tolak syari’at Islam!”. Karena JIL meyakini kebenaran itu relatif dan meyakini urusan beragama dan tidak beragama adalah hak veto (pribadi) yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. (http://www.islamlib.com)

Hasil Landasan Penafsiaran Islam Model JIL
Dibawah payung kebebasan dan berijtihad seluas-luasnya, mereka berani mengutak-atik aqidah Islam, diantaranya tentang:
1. Islam sebagai Agama
Prof.dr. Nurcholish Majid, lewat buku Pluralitas Agama hal. 2 terbitan Kompas, berkata, “Umat Islam pun diperintahkan untuk senantiasa menegaskan bahwa kita semua penganut kitab suci yang berbeda-beda itu, sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah (muslim) kepada-Nya.”
Cara pandang seperti ini berkonsekuensi bahwa Islam itu bukan merupakan agama semata tapi merupakan sifat dari suatu agama yaitu pasrah. Sehingga Yahudi, Nashrani, dan agama lainnya adalah sama-sama Islam, semuanya benar dan sama-sama menyembah Tuhan. Inilah hakekat teologi pluralisme yang lagi dikampanyekan oleh JIL. (Lihat buletin Al Ilmu ed. 76)
Selain itu, sang doktor pernah berpidato di universitas-universitas terkemuka di Eropa, Ramadhan 2002, bahwa Islam adalah Agama Hibrida (alias cangkokan, pen). Di dalam Al Qur’an ada lafal Qisthas yang berasal dari bahasa Yunani Justis artinya adil, dan ada lafal Kafura berasal dari bahasa melayu berarti kapur barus (naphtalene). Dengan sepotong kata yang diduga serapan dari bahasa lain tanpa bukti ilmiah, sang doktor itu menyimpulkan Islam adalah agama hibrida (cangkokan). Suatu sifat yang tidak pernah dikenal Islam dan kaum muslimin. (http://www.islamlib.com.)
2. Kemurnian Al Qur’an
Luthfi Assyaukanie, salah satu dosen Universitas Paramadina di Jakarta, katanya: “Saya cenderung meyakini Al Qur’an pada dasarnya adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi, tapi kemudian mengalami berbagai proses copy-editing oleh para sahabat, tabi’in, qurra’, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan.” (http://www.islamlib.com, dalam artikel berjudul Merenungkan sejarah Al Qur’an, dimuat 17/11/2003)
Taufiq Adnan, salah satu dosen IAIN Makassar, telah meluncurkan sebuah artikel yang berjudul Rekontruksi Sejarah Al Qur’an, penerbit FKBA, Jogjakarta, hal. 352). Ia berkata: “Adalah benar bahwa Tuhan telah membuat Al Qur’an dalam bahasa Arab, tetapi manusia bisa membuatnya menjadi bahasa Persia, Turki, Urdu, Cina, Indonesia, atau bahasa-bahasa lainnya.”
Mereka menuduh para sahabat Nabi telah melakukan copy-editing, ternyata pada akhirnya dia (Taufiq Adnan) bersama Ulil Abshar Abdalla dalam Majalah Syir’ah keduanya berani ‘mengedit’ Al Qur’an, sembari keduanya menyatakan bahwa ayat “innaddiena indallahil islam” (Ali ‘Imran: 19) ada yang lebih tepat untuk masa sekarang “innaddiena indallahil hanifiyyah”. Wallahul musta’an!
Dari pernyataan Luthfie dan kawan-kawan dapat kita simpulkan:
1. Al Qur’an telah mengalami copy-editing (perubahan). Cukuplah Allah sendiri yang menjawab kedustaan mereka. Allah berfirman (artinya): “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz Dzikr (Al Qur’an), Dan sesungguhnya Kami benar-benar yang memeliharanya.” (Al Hijr: 9)
Bahkan Allah telah menegaskan dalam firman-Nya artinya): “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu atas sebagian yang lainnya.” Al Isra’: 88)
dan juga firman-Nya artinya);
“Katakanlah: “Maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya, dan panggillah siapa saja selain Allah yang dapat kalian panggil untuk membuatnya, jika kalian orang-orang yang benar.” Yunus:38)
2. Menuduh para sahabat Nabi, khususnya para penulis wahyu, para qurra’ dan khalifah Utsman sebagai pemegang tampuk kekuasaan karena di zaman beliau terselesaikan pengumpulan Al Qur’an, yang dikenal dengan Qur’an Utsmani), mereka semua adalah orang-orang yang mengedit Al Qur’an.
Kita katakan kepada mereka JIL), Apakah dengan kejujuran Islam dan kebenaran Iman para sahabat Nabi, mereka berani merubah Al Qur’an dari keasliannya? Sungguh ini merupakan celaan kepada Allah , Rabbul ‘Alamin, karena salah dalam memilih mereka menjadi sahabat Rasulullah sebagai pembela Islam dan penerus dan penjaga Al Qur’an setelah sepeninggal beliau. Subhanallah! Padahal Allah berfirman tentang para sahabat Nabi :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya.” Al-Fath: 18)
“Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.” At-Taubah : 100)
Dan celaan pula kepada Allah ternyata Allah tidak mampu menjaga kemurnian dan keaslian Al Qur’an. Na’udzubillahi min dzalik…
3. Nabi Muhammad
Azyumardi Azra, rektor UIN Jakarta salah satu dedengkot JIL, memberi kata pengantar pada buku Islamic Invantion karangan seorang kafir Robert Morey. Berisikan hinaan dan cacian kepada Rasulullah . Ia berkata: “Kekuatan dan kejeniusan Muhammad yang mengagumkan dapat membuat dia mampu merubah tata cara ibadah penyembahan dewa bulan yang bernama Allah itu menjadi sebuah agama Islam, agama kedua terbesar di dunia.” Pada bagian selanjutnya, ia berkata, “Namun kalau kita perhatikan kehidupan Muhammad kita akan menemukan bahwa dia merupakan manusia biasa yang bergelimang dengan dosa halnya dengan kita semua. Dia berbohong, dia menipu, dia dipenuhi nafsu birahi….”
Djohan Efendi beserta Dawam Rahardjo, keduanya juga dedengkot JIL, sebagai pembela buku Catatan Harian Ahmad Wahid yang isinya mencerca dan menghina Rasulullah .
Menghina dan mencerca Rasulullah berarti menghina dan mencerca Dzat yang mengutusnya yaitu Allah , dan sekaligus melecehkan ajaran yang dibawanya. Lalu dari sisi mana JIL itu sebagai penyuara aspirasi Islam? Mungkinkah orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bersamaan itu pula ia sebagai pembela musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya?
Padahal Allah berfirman artinya):
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” Al Mujadilah: 22)
“Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian mengolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf, sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” At Taubah: 65-66)
4. Syari’at Ajaran) Islam
Bila mereka sudah berani mengritisi kemurnian Al Qur’an dan membela orang-orang yang menghinakan Rasulullah, maka bagaimana sikap mereka terhadap syari’at Islam? Tentu mereka lebih berani berbuat lancang terhadap relevansinya penerapan syari’at Islam pada era sekarang ini.
Wardah Hafidz, tokoh feminisme yang memperjuangkan kesetaraan gender suatu paham penyetaraan hukum antara wanita dan pria), berkata: “Saya sudah tidak lagi melakukan ritual konvensional/sholat tetapi dengan cara sendiri. Kemiskinan tidak hanya bisa diselesaikan dengan cara seperti itu.”
Dr. Muslim Abdurrahman, berkata: “Saya kira pihak pertama yang paling merasakan dampak penerapan syari’at Islam adalah kaum perempuan. Ini karena banyaknya regulasi dalam Islam dalam pelbagai hal. Misalnya, soal pengenaan pakaian dan lain-lain.” http://www.islamlib.com)
Masdar M. Fuad, alumni IAIN Jogjakarta, orang yang menyuarakan kalau ada laki-laki yang nekad zina hendaknya pakai kondom. Dia mengatakan: “Sebaiknya kampanye kondom dilakukan tidak secara terbuka di media umum. Yang penting bagaimana kaum pria menjangkau pria yang bisa menahan hajat seksualnya dan tetap nekad berhubungan seks dengan pekerja seks komersial.” Harian Kompas, 14 Maret 2003)
Dr. Khaled meluncurkan sebuah artikel Hak Asasi Manusia Diatas Hak Asasi Tuhan, Novriantoni mengritisi penerapan kewajiban memakai jilbab oleh Walikota Padang, Ulil Abshar Abdalla mendatangi seminar pembelaan kasus goyang Inul. http://www.islamlib.com)
Dalam harian Kompas, 18 Desember 2002, Ulil Abshar Abdalla juga menyatakan bahwa Hukum Tuhan itu tidak ada, vodka -minuman beralkohol lebih dari 16%- bisa jadi di Rusia halal, larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara wanita Islam dengan pria non-Islam adalah tidak relevan lagi.
Para pembaca, ini sebagian kecil dari pernyataan-pernyataan mereka yang ‘miring’ dan meremehkan syari’at Islam. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan untuk mengetahui siapakah JIL sebenarnya.
1. Mengaburkan relevansi syari’at Islam. Lagi-lagi JIL telah menuduh Allah buta tentang zaman, keadaan, tempat yang akan datang. Karena menurut JIL bahwa syari’at Islam ada perlu yang direvisi sesuai dengan zaman, keadaan dan tempat.
2. Mengahalalkan yang haram dan mengaharamkan yang halal. Inilah hakekat penentangan yang sebenarnya terhadap syari’at Allah .
3. Menghancurkan salah satu prinsip dakwah para Nabi, yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Karena JIL memiliki landasan “Meyakini kebebasan beragama”, bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi, serta landasan “Memihak pada yang minoritas dan tertindas”, mencakup minorotas agama, etnis, ras, gender, politik dan ekonomi. http://www.islamlib.com)
Memang mereka seperti Bani Isra’il Yahudi dan Nashrani), terlebih lagi mereka JIL) mengaku sebagai saudaranya dengan ingin mendapat kutukan dari Allah sebagaimana Yahudi dan Nashrani. Allah berfirman artinya): “Mereka Bani Isra’il Yahudi dan Nashara) mendapatkan kutukan dari Allah karena satu sama lainya selalu tidak mencegah perbuatan mungkar.” Al Maidah: 79)

JIL Penghalang Syari’at Islam
Kalau sudah seperti ini tingkatan gaya dan model dakwah JIL, sebenarnya hukum seperti apa yang mereka maukan? Dan Islam semacam apa yang mereka inginkan? Jawabannya adalah firman Allah :
“Apakah hukum jahiliyyah itulah yang mereka kehendaki?” Al Maidah: 50)
Sehingga tak heran kalau Ulil Abshar Abdalla terpana dan takjub dengan Louvre di Paris, sambil menukilkan ucapan Muhammad Abduh yang sepaham dengan teologi pluralis): “Aku melihat Islam di Paris), meski tidak ada orang Islam; Aku melihat orang Islam di Kairo, tetapi tak melihat Islam di sana.” http://www.islamlib.com)
“Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” Al Baqarah: 11-12)
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafiq menghalangi manusia) dengan sekuat-kuatnya dari mendekati) kamu Rasulullah ).” An Nisaa’: 61)
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian lainnya adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf.” At Taubah: 67)

JIL Bagaikan Masjid Dhirar Yang Dibangun Oleh Kaum Munafiqin
Masjid Dhirar adalah sebuah masjid dibangun oleh orang-orang munafiq di kota Madinah sebagai tandingan masjid Quba’. Tujuannya, untuk menyakiti kaum mu’minin dan membunuh Rasulullah e. Tetapi Allah bongkar kejahatan mereka, sebagaimana yang diabadikan di dalam Al Qur’an artinya):
“Dan diantara orang-orang munafiq) ada yang mendirikan Masjid Dhirar untuk menimbulkan kemudharatan kepada orang-orang mu’min), untuk mengajak kekufuran dan untuk memecah belah antara orang-orang-mu’min….” At Taubah: 107)
Ternyata gaya dan model JIL serupa dengan masjid Dhirar, tujuan jaringan ini untuk menyakiti kaum muslimin dengan mengaburkan dan menghalangi penerapan syari’at Islam, serta membela orang-orang yang melecehkan agama kaum muslimin, Nabi kaum muslimin dan kitab kaum muslimin

http://laskarislam.blog.friendster.com/2008/09/2-jil-tolak-syari'at-islam/

JIL: Sesat atau Kebebasan Berpikir?

» 9 January 2008 | 15:40:58 «
JIL: Sesat atau Kebebasan Berpikir?

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

UST. H Ahmad Sarwat, Lc, yang saya hormati, saya ingin mengajukan pertanyaan tentang JIL. Bagaimana pandangan ust tentang JIL? Saya melihat JIL menyatakan Islam tapi koq mereka membenci MUI pada saat fatwa aliran sesat kpd Ahmadiyah dll.

Bahkan ada wacana untuk membubarkan MUI. Apakah di dalam JIL banyak alumni dari IAIN (UIN)? Mereka menerjemahkan ayat-ayat Alquran sesuai dengan pemikiran mereka, apakah ini merupakan salah satu kebebasan berfikir dalam Islam?

Dalam website-nya dia membuka salam dengan " Dengan nama Allah Tuhan Pengasih Tuhan Penyayang Tuhan segala agama" Lalu apakahagama Budha, Hindu bertuhankan Allah? Padahal mereka menyembah patung, memberi sesajan kpd patung-patung. Apakah mereka tidak percaya bahwa sesungguhnya agamayang diterima Allah SWT adalah Islam?

Demikian pertanyaan saya, bila ada kekeliruan dalam pertanyaan ini saya mohon maaf.

Wassalam

jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Islam memang memberikan kebebasan berpikir serta berpendapat. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan kebebasan berpikir yang ada di dalam agama Islam justru menjadi inspirasi orang Barat untuk kemudian membebaskan diri dari kungkungan raja dan hegemoni gereja. Lantas mereka bisa maju, terjadi Revolusi Industri di Inggris hingga sampai sekarang ini.

Para pemuka kebebasan di Barat sangat diinspirasikan oleh kebebasan yang ada di negeri muslim. Mereka bebas menyapaikan pendapat, memberikan gagasan, menemukan begitu banyak karya di bidang ilmu pengetahuan. Padahal di Eropa, para raja dan kekuatan gereja saat itu sangat indoktrinatif.

Kitab Injil mereka campur aduk dengan pemikiran mereka yang picik, lalu dipaksakan kepada masyarakat. Di antara pengekangan gereja di Eropa saat itu antara lain:

Konsep Trinitas

Trinitas adalah sebuah tema yang paling kontroversial. Sebab konsep trinitas itu sangat bertentang dengan ajaran asli Nabi Isa dan ditentang oleh begitu banyak Gereja di Timur.

Tapi dengan kekuatan senjata dan kekuasaan, Gereja Eropa berhasil memaksakan paham kaum penyembah berhala untuk ditelan bulat-bulat, sehingga dijadikan dogma yang tidak boleh dibantah.

Seorang raja Inggris, Hertog, bahkan tega membunuh ribuan orang dengan jalan dibakar hidup-hidup dalam rangka memaksakan dogma sesat itu di kalangan rakyatnya. Tapi siapa yang sempat bertaubat sebelum dibakar hidup-hidup, masih ada kesempatan diampuni dan hukumannya dikurangi menjadi pemenggalan kepala dengan pedang, sebagai ganti dari dibakar hidup-hidup.

Pengekangan Ilmu Pengetahuan

Gereja bukan hanyamemaksakan masalah khilafiyah di bidang aqidah saja, tetapi juga merasuk ke wilayah lain yang tidak seharusnya mereka masuki, yaitu ranah ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentunyadengan pendekatan dogmatis yang justru melecehkan kemajuan ilmu pengetahuan.

Misalnya mereka paksakan doktrin bahwa bumi itu rata seperti meja. Padahal tidak ada ayat Injil yang menyebutkan demikian. Tentu saja indoktrinasi seperti ini ditentang oleh para ilmuwan yang saat itu telah berhasil membuktikan kebenaran teori heliosentris.

Akibatnya masyarakat Eropa tertekan selama berabad-abad, mereka ditindas, disiksa, dipaksa dan dilecehkan akalnya.

Betapa mereka mendambakan hidup di bawah alam kebebasan berpikir sebagaimana yang dialami oleh bangsa-bangsa muslim di dunia Islam. Ketika tekanan sudah mencapai puncaknya, meledaklah arus kebebasan di Barat sana, di mana salah satu pemicunya justru datang dari Islam.

Kebebasan Berpikir Versi Islam

Di bidang aqidah, agama Islam relatif punya konsep yang sederhana. Tidak berbelit-belit sebagaimana keruwetan para filsuf barat yang memang rancu cara berpikirnya.

Maka di dunia Islam tidak pernah timbul jurang pemisah antar sekte aliran filsafat. Sehingga tidak pernah terjadi hegemoni ulama atau indoktrinasi aqidah. Apalagi dalil dan nash yang dimiliki umat Islam sudah sangat jelas dan mudah dipahami. Beda dengan dogma gereja yang sumbernya justru otak para pemikir linglung di Eropa.

Di bidang ilmu pengetahuan, kebebasan berpikir versi Islam sangatbisa kita banggakan. Dengan kebebasan itu, sejarah Islam bertabur cahaya dengan para penemu di bidang ilmu pengetahuan. Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Ibnu Bathuthah, Al-Idrisi, dan sederet nama ilmuwan besar yang sampai hari ini masih dianggap sebagai tokoh iptek dunia.

Meski Al-Quran banyak bicara tentang fenomena alam, tetapi tidak ada satu pun ayat yang bicara terlalu detail tentang hal itu. Ini bedanya antara Injil hasil karangan manusia dengan Al-Quran kalamullah, yaitu hal-hal yang terkait dengan iptek lebih banyak diserahkan kepada otak manusia.

Sehingga silahkan saja manusia menikmati kebebasan berpikirnya, silahkan lakukan penelitian, eksplorasi, bahkan manusia ditantang untuk menembus jagad raya. Sesuatu yang di dalam dogma Gereja Eropa saat itu merupakan kemustahilan.

Kebebasan Pemikiran Versi JIL

Tapi hari ini, yang diusung oleh Jaringan Islam Liberaldengan nama kebebasan berpikir sama sekali tidak ada kaitannya dengan ilmu pengatahuan.

Kebebasan berpikir versi JIL tidak lain adalah agenda yahudi zionis dalam rangka menghancurkan eksistensi semua agama, termasuk Islam.

Yang mereka usung bukanlah kebebasan berpikir Islam seperti yang dahulu dikembangkan.

Dahulu kebebasan berpikir yang datang dari dunia Islam adalah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan dalam masalah aqidah dan prinsip dasar agama. Kebebasan berpikir di masa Islam dahulu melahirkan banyak kemajuan buat bangsa dan negara, terutama di bidang ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan besar.

Sedangkan kebebasan versi JIL saat ini tidak menghasilkan apa-apa, kecuali kufur dan laknat dari Allah.

Yang mereka usung adalah liberalisme yahudi yang intinya ingin merusak semua agama, mencampur aduknya, melecehkannya danmencampur aduk aqidah.

Liberalisme = Agenda Zionis

Pluralisme dan Liberalisme Agama merupakan pintu masuk bagi penghancuran agama itu sendiri. Hal ini sudah menimpa agama Nasrani ratusan tahun lalu di Eropa dan Amerika, sehingga gereja di sana banyak yang kosong dan kemudian dijual.

Banyak pula orang Eropa dan Amerika yang mengaku sebagai Kristiani kian lama kian sedikit dan berubah menjadi agnostik, kaum yang tidak mau tahu soal agama. Inilah buah dari Liberalisme yang melanda umat Kristiani Eropa dan AS.

Setelah itu, kaum Liberalisme dan Pluralisme yang didalangi oleh apa yang disebut-sebut Henry Ford sebagai The International Jews ini mengarahkan sasarannya ke umat Islam dunia.

Indonesia sebagai negeri kaum Muslimin terbesar dunia menjadi tujuan utama gerakan penghancur agama ini. Berkedok sebagai Islam Pluralis, Islam Liberalis, Islam Damai, Islam Kultural, dan kedok-kedok lainnya, mereka mencoba mendangkalkan agama Allah ini.

Itulah JIL di Indonesia, mereka bukan mengusung kebebasan pemikiran sebagaimana layaknya dahulu umat Islam, tetapi pada hakikatnya mengusung misi zionisme international untuk menghancurkan Islam dari dalam. Waspada dan waspada.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Melawan “Setan JIL” di Sarangnya

Oleh: Erros Jafar 20 Apr, 05 - 7:21 am

Pengantar Redaksi:
Pada tanggal 16 April 2005 lalu, berlangsung acara bedah buku di UIN (alias IAIN) Jakarta. Buku yang dibedah berjudul “Ada Pemurtadan di IAIN” karya Hartono Ahmad Jaiz. Pemrakarsa acara tersebut adalah anak-anak JIL.

Hartono Ahmad Jaiz, sempat terkejut dengan banyaknya audiens yang menghadiri acara ini. Jumlahnya seribu lebih. Dan yang lebih mengagetkan lagi, massa yang banyak itu justru berasal dari luar UIN, yaitu mereka yang kontra JIL. Tentu saja kehadiran mereka itu membuat komunitas JIL (dan anak-anak UIN pro JIL) menjadi ciut.

Sayangnya, atau culasnya, moderator yang pro JIL tidak memberi kesempatan kepada audiens untuk terlibat dalam tanya jawab. Meski demikian, kedua ‘pakar’ JIL kedodoran menghadapi Hartono Ahmad Jaiz dan Muhammad At-Tamimi.

Kehadiran audiens yang kontra JIL dengan jumlah yang tak terduga itu, nampaknya menunjukkan bahwa generasi muda Islam kita memang masih banyak yang waras. Kedua, menunjukkan bahwa kontribusi para aktivis Islam di internet (terutama komunitas PKS, SHT dan Salafi, red.) yang turut mensosialisasikan adanya acara tersebut, ternyata cukup efektif. Ketiga, ini merupakan pertolongan Allah SWT.

Sayangnya, ketika ‘cendekiawan dan misionaris JIL’ ini keok –bahkan di sarangnya sendiri– tidak ada satu pun media massa yang mempublikasikannya. Oleh karena itu, merupakan kewajiban kita untuk mempublikasikan laporan pandangan mata di bawah ini yang disusun oleh akh Abu Qori.

Mau Menyanggah Malah Kejeblos
Maksud hati mau menepis dan menyanggah isi buku Ada Pemurtadan di IAIN, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Para misionaris JIL itu malah terperosok ke dalam kubangan yang mereka sediakan sendiri. Forum bedah buku yang semula diharapkan dapat ‘membantai’ Hartono Ahmad Jaiz malah menjadi ajang pembuktian bahwa di IAIN memang ada pemurtadan. Hujjah-hujjah yang diajukan para misionaris JIL itu justru secara tidak langsung malah meneguhkan adanya proses pemurtadan di IAIN.

Acara bedah buku karya Hartono Ahmad Jaiz itu berlangsung di Masjid Kampus UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta, Sabtu 16 April 2005 bertepatan dengan tanggal 7 Rabi’ul Awwal 1426 Hijriah.

Tak dinyana, acara yang sepi promosi ini ternyata dihadiri 1000-an peserta, sebagian besar justru berasal dari luar kampus UIN. Sehingga, perhelatan yang semula dirancang bertempat di Fak Ushuluddin dan Filsafat, karena tidak mampu menampung audiens, dipindahkan ke Masjid, khususnya di lantai 2 dan 3.

Pembicara empat orang. Dua pembicara yang membuktikan adanya pemurtadan di IAIN adalah Hartono Ahmad Jaiz (penulis buku yang dibedah) dan Muhammad At-Tamimi dari Purwakarta Jawa Barat. Sedangkan dua pembicara lainnya –yang tampaknya membawa misi untuk menepis adanya pemurtadan di IAIN namun justru hujjah-hujjahnya menggunakan pemahaman, materi, dan metode orang murtad– adalah Ulil Abshar Abdalla kordinator JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Abdul Muqsith Ghazali MA dosen/alumni UIN Jakarta yang juga termasuk penyusun CDL KHI (Counter Draft Legal Kompilasi Hukum Islam) pimpinan Dr Musdah Mulia yang telah dicabut Menteri Agama karena isinya meresahkan dan bertentangan dengan Islam.

Acara berlangsung seru, ada pekik Allahu Akbar dan tepuk tangan bertalu-talu, meski moderator sudah mengingatkan agar tidak bertepuk tangan di dalam masjid.

Materi, pemahaman, dan metode yang ditempuh Muqsith dan Ulil justru menambah bukti bahwa apa-apa yang ditulis di dalam buku Ada Pemurtadan di IAIN terbitan Pustaka Al-Kautsar Jakarta setebal 280 halaman itu, memang benar adanya. Karena, hujjah-hujjah dan metode dua pembicara yang pro IAIN dalam membantah buku itu memang diambil dari materi dan pemahaman kelompok ataupun tokoh yang sudah dinyatakan kekufurannya oleh para ulama.

Atau, mereka menggunakan pemahaman mereka sendiri yang tanpa dasar, lalu sampai berani menolak hadits yang shahih, dan hukum Allah swt dalam Al-Qur’an. Di samping itu masih disertai dengan kebohongan-kebohongan untuk memberikan cap-cap sangat buruk kepada penulis buku. Akibatnya, ketika kebohongan-kebohongan itu dibalikkan oleh penulis buku, maka terkuaklah kesempurnaan bahwa produk dan bahkan dosen IAIN yang dijagokan untuk membela IAIN justru lebih buruk dari yang telah ditulis di buku itu.

Artinya, isi buku Ada Pemurtadan di IAIN tidak lebih seram dibanding dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan, melalui forum bedah buku tersebut.

Membela pemurtadan dengan pemahaman kufur
Jalan yang ditempuh Muqsith dan Ulil dalam membela IAIN ketika bedah buku itu adalah:

1. Berbohong dalam rangka memberikan stigma sangat buruk kepada penulis buku.

2. Membela kemurtadan atau kekufuran dengan faham kekufuran, dan justru ditawarkan kepada penulis buku agar mempelajarinya. Bahkan mereka meng-klaim bahwa di IAIN tidak ada pemurtadan, yang terjadi sesungguhnya dalah proses adalah pluralisasi penafsiran. Dan yang dijadikan hujjah adalah penafsiran orang-orang yang sudah divonis oleh para ulama sebagai kafir ataupun zindiq yaitu Ikhwanus Shofa’ dan Ibnu ‘Arabi tokoh tasawuf sesat berfaham wihdatul adyan (menyamakan semua agama) dan wihdatul wujud (satunya alam dengan Tuhan).

3. Melecehkan penulis –yang banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi– dengan tuduhan terlalu ‘memberhalakan’ huruf-huruf Al-Qur’an. Tuduhan itu dibalikkan oleh penulis: karena penulis mengikuti Al-Qur’an, maka pada hari Jum’at ia pun melaksanakan shalat Jum’at; sedangkan Ulil, justru leha-leha berseminar dengan orang Kristen membahas tentang Tuhan di hari Jum’at dari jam 10 hingga 13 dan tidak shalat Jum’at, tandas Hartono Ahmad Jaiz sambil mengangkat Majalah Gatra edisi 26 Februari 2005 yang memberitakan bahwa Ulil tidak Shalat Jum’at.

4. Memberi cap buruk kepada penulis sebagai orang yang melanggar prinsip-prinsip dasar Al-Qur’an, karena penulis tak membolehkan nikah beda agama. Penulis menguraikan tentang dosen-dosen IAIN, Dr Zainun Kamal dan Dr Kautsar Azhari Noer, yang menikahkan wanita muslimah dengan lelaki Nasrani, dan lelaki muslim dengan wanita Konghucu. Pernikahan itu bertentangan dengan Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah (60) ayat 10 dan Al-Baqarah (2) ayat 221. Muqsith yang alumni dan dosen UIN Jakarta justru membela dosen-dosen IAIN yang melanggar ayat-ayat itu dan malahan memberi cap buruk kepada penulis buku. Maka, Muhammad At-Tamimi dengan tegas menyatakan penolakan terhadap ayat itu sebagai sikap orang gila yang berbicara agama tetapi dengan dalih “menurut saya”.

5. Gagal memberikan cap buruk tentang akhlaq penulis dan isi buku, karena tuduhan-tuduhan Muqsith dan Ulil itu tak sesuai fakta, maka lebih drastis lagi, Muqsith membela ajakan dzikir dengan lafal anjing hu akbar, dengan mengemukakan bahwa dzikir dengan lafal anjing hu akbar pun kalau niatnya… (tidak jelas suara Muqsith karena suara hadirin gemuruh) maka bisa meninggikan maqamnya. Ungkapan itu menjadikan para hadirin berteriak gemuruh, menyiratkan kejengkelan karena justru keluar betul keaslian produk IAIN yang diangkat jadi dosen ternyata seburuk itu pemikirannya dan keyakinannya. Bagaimana lagi para mahasiswa asuhannya nanti.

6. Ulil berani menolak hadits shohih, walaupun dirinya mengakui bahwa hadits itu shohih, hanya karena keberanian menurut dirinya. Ulil juga mengakui bahwa dirinya menulis di Kompas, tidak ada hukum Tuhan. Maka Muhammad At-Tamimi menyebut Ulil sebagai orang gila pertama dan Muqsith orang gila kedua. Karena Allah swt telah menurunkan wahyu tetapi ditolak dan disebut tidak ada hukum Tuhan. Ini jelas murtad, kufur.


Berbohong atau memutar balikkan
Kebohongan yang dilontarkan, di antaranya Muqsith mengemukakan bahwa penulis buku ini sampai menulis: Si jompo Sinta Nuriyah. “Penulis ini akhlaqnya masih akhlaq orang beriman atau tidak. Kalau orang beriman tentunya tidak menulis seperti itu,” kata Muqsith.

Kebohongan itu dijawab oleh Hartono Ahmad Jaiz (penulis), bahwa di buku Ada Pemurtadan di IAIN ini tidak ada tulisan yang bunyinya si jompo. Yang ada hanyalah penjelasan tentang keadaan, yaitu yang sudah jompo. Lantas, lanjut Hartono, “yang tidak berakhlaq itu yang mengubah perkataan ini atau siapa?” Dan juga, “orang yang mengajak berdzikir dengan lafal anjing hu akbar (di IAIN Bandung) malah dibela. Kemudian orang yang tidak menulis si jompo dikatakan menulis si jompo dan dianggap tidak berakhlaq. Ini yang tak berakhlaq dan imannya perlu dipertanyakan itu siapa.”

Kebohongan yang kedua namun tidak sempat dibantah karena sempitnya waktu, adalah perkataan Muqsith bahwa Imam Ahmad dalam Kitab Mizanul Kubro (karangan As-Sya’roni) disebutkan, menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur (kemaluan depan dan belakang).

Perlu dikemukakan dalam tulisan ini, Muqsith yang dosen dan alumni UIN Jakarta itu apakah ingin mengkampanyekan agar wanita-wanita di bumi ini bertelanjang atau bagaimana, yang jelas dia dalam membela IAIN itu telah menyembunyikan sesuatu.

Dalam kitab Mizanul Kubro itu ada wanita merdeka (al-hurroh) dan wanita budak (al-ammah). Aurat wanita merdeka adalah seluruh tubuhnya, kecuali mukanya dan kedua telapak tangannya, menurut pendapat Malik, Syafi’i, dan Ahmad dalam salah satu dari dua riwayatnya. Menurut Abu Hanifah, seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali mukanya, dua telapak tangannya, dan dua telapak kakinya. Riwayat lain dari Ahmad, (seluruh tubuh wanita adalah aurat) kecuali mukanya saja. (Al-Mizanul Kubro Juz 1, halaman 170, cetakan I, Darul Fikr Beirut, dalam hal syarat sahnya sholat tentang menutup aurat).

Aurat wanita budak (al-ammah) dalam sholat adalah antara pusarnya dan lututnya seperti aurat laki-laki. Ini menurut pendapat Malik, Syafi’i, dan salah satu riwayat dari Ahmad; dan riwayat yang lain bahwa auratnya (wanita budak/al-ammah) adalah qubul dan dubur saja. (ibid). Dalam Kitab Mizanul Kubro itu dijelaskan, yang diamalkan oleh salafus sholih adalah yang pertama (aurat budak wanita, antara pusar dan lutut) karena tidak adanya syahwat untuk melihat budak wanita di luar sholat, lebih-lebih ketika sholat. (ibid).

Imam Ahmad dalam Kitab Mizanul Kubro bab shalat itu dikutip pendapatnya bahwa aurat wanita merdeka (al-hurrah) adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan dua telapak tangannya atau bahkan seluruh tubuh kecuali muka saja.

Perlu dijelaskan kebohongan Muqsith dengan kenyataan, bahwa wanita sekarang, pengertiannya ya wanita yang disebut al-hurroh itu. Lalu kok bisa-bisanya Muqsith Ghozali dosen dan alumni UIN Jakarta ini mengatakan bahwa Imam Ahmad dalam Kitab Mizanul Kibro, berpendapat bahwa aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur. Itulah cara berbohong untuk mengkampanyekan agar wanita sekarang yang sebagian mereka sudah memperlihatkan pusarnya itu agar lebih bertelanjang lagi.

Kebohongan ketiga, Muqsith menganggap Hartono Amad Jaiz melanggar prinsip-prinsip dasar Al-Qur’an, karena Hartono mengharamkan nikah beda agama.

Perkataan itu sendiri sudah menyembunyikan sesuatu. Dalam buku itu sudah ditulis, yang dipersoalkan adalah wanita muslimah dinikahi lelaki kafir, Non Islam,Yahudi-Nasrani dan lainnya. Juga lelaki Muslim menikahi wanita Konghucu. Lalu Muqsith mengatakan bahwa tidak ada ayat yang mengharamkan nikah beda agama. Itu juga menyembunyikan ayat, hingga dibantah dengan seru oleh seorang pemuda/mahasiswa secara spontan dengan mengacungkan Al-Qur’an.

Kalau Muqsith tidak menolak Al-Qur’an, tentunya mau mengakui, Ayatnya sudah jelas, QS 60: 10, QS 2: 221, dan tentang kafirnya Ahli Kitab dalam Surat Al-Bayyinah ayat 6. Dengan cara menyembunyikan ayat, hingga justru menghalalkan nikah beda agama (seperti yang telah disebutkan itu) adalah satu bukti justru adanya faham yang dihembuskan dari UIN Jakarta adalah yang menentang ayat Al-Qur’an itu.

Membela kekufuran dengan kekufuran

Lebih nyata lagi ketika Muqsith membela IAIN dengan faham kekufuran. Yaitu kilah bahwa IAIN tidak mengadakan pemurtadan tetapi pluralisasi penafsiran. Lalu yang diangkat sebagai contoh adalah faham Ikhwanus Shofa’ yang tidak perlu melaksanakan yang fardhu-fardhu/wajib-wajib dan cukup dengan bertasbih.

Hartono Ahmad Jaiz membalikkan kepada Muqsith, justru faham yang tidak perlu mengerjakan yang fardhu-fardhu/wajib-wajib itulah yang sebenar-benarnya kekafiran. Dan itu sudah dikemukakan kekafirannya dalam Kitab Tafsir Al-Qurthubi dan Imam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Al-Fatawa.

Yang dimaksud Hartono itu adalah apa yang ditulis Imam Al-Qurthubi yang dimulai dengan menukil ulasan gurunya, al-Imam Abu al-'Abbas, mengenai golongan ahli kebatinan yang dihukumi sebagai zindiq yaitu: “Mereka itu berkata: Hukum-hukum syara’ yang umum adalah untuk para nabi dan orang awam. Adapun para wali dan golongan khusus tidak memerlukan nas-nas (agama), sebaliknya mereka hanya dituntut dengan apa yang terdapat dalam hati mereka. Mereka berhukum berdasarkan apa yang terlintas dalam fikiran mereka.” Golongan ini juga berkata: “Ini disebabkan kesucian hati mereka dari kekotoran dan keteguhannya maka terjelmalah kepada mereka ilmu-ilmu ilahi, hakikat-hakikat ketuhanan, mereka mengikuti rahasia-rahasia alam, mereka mengetahui hukum-hukum yang detil, maka mereka tidak memerlukan hukum-hukum yang bersifat umum, seperti yang berlaku kepada Khidir. Mencukupi baginya (Khidir) ilmu-ilmu yang terbuka (tajalla) kepadanya dan tidak memerlukan apa yang ada pada kefahaman Musa.” Golongan ini juga menyebut: “Mintalah fatwa dari hatimu sekalipun engkau telah diberikan fatwa oleh para penfatwa.”

Selanjutnya al-Qurtubi mengulas dakwaan-dakwaan ini dengan berkata: “Kata guru kami r.a.: Ini adalah perkataan zindiq dan kufur, dibunuhlah siapa pun yang mengucapkannya dan dia tidak diminta taubatnya, karena dia telah ingkar terhadap apa yang diketahui dari syariat. Sesungguhnya Allah telah menetapkan jalan-Nya dan melaksanakan hikmah-Nya bahwa hukum-hukum-Nya tidak diketahui melainkan melalui perantaraan rasul-rasul yang menjadi para utusan antara Allah dan makhluk-Nya. Mereka adalah penyampai risalah dan perkataan-Nya serta pengurai syariat dan hukum-hukum. Allah memilih mereka untuk itu dan mengkhususkan urusan ini hanya untuk mereka.”

“Telah menjadi ijma’ salaf dan khalaf bahwa tidak ada jalan mengetahui hukum-hukum Allah yang berhubungan dengan suruhan dan larangan-Nya walaupun sedikit, melainkan melalui para Rasul. Maka siapa yang berkata “Disana ada cara lain untuk mengetahui suruhan dan larangan Allah tanpa melalui para rasul atau tidak memerlukan para rasul” maka dia adalah kafir, dihukum bunuh tidak diminta bertaubat, dan tidak diperlukan untuk tanya jawab dengannya (al-Jami' li Ahkam al-Quran jilid 11, halaman 40-41, cetakan Dar al-Fikr, Beirut).


Gejala Pemurtadan di IAIN

Hartono Ahmad Jaiz menguraikan gejala-gejala pemurtadan di AIN, di antaranya buku Harun Nasution untuk IAIN berjudul Islam Dipandang dari Berbagai Aspeknya menyatakan bahwa agama monotheisme itu Islam, Kristen (Protestan dan Katolik), dan Hindu. Juga buku Sejarah Pembaharuan Pemikiran Islam tulisan Harun Nasution untuk IAIN diantara isinya menyebut Rifaat At-Tahtawi (Mesir) sebagai pembaharu, dan bahkan dalam makalah dosen IAIN di bawah bimbingan Harun Nasution di SPS (Studi Purna Sarjana) di IAIN Jogja 1977, Rifaat At-Tahtawi yang menghalalkan dansa-dansa laki perempuan disebut sebagai pembuka pintu ijtihad. Ini adalah penyesatan. Mana ada pembaru dalam Islam menghalalkan yang haram. Padahal dalam hadits, ada potensi zina bagi mata, tangan, mulut, hati dan dibenarkan atau dibohongkan oleh farji/ kemaluan kata Hartono.

Hal itu dibantah Abdul Muqsith Ghozali dengan kitab I’anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang, dengan dibacakan tentang definisi zina, lalu Muqsith mengatakan, kalau hasyafah (kemaluan lali-laki) ditekuk maka bukan zina. Begitu juga dengan tangan.

Hartono menjawab, “bagaimana ini, tentang zina, tangan punya potensi zina itu saya mengutip hadits Nabi saw. Kenapa hadits Nabi dibantah pakai kitab I’anatut Tholibin? Ya seperti inilah keluaran dari IAIN,” tegas Hartono dengan menuding Muqsith yang di sebelah kanannya.

Attamimi dengan suara lantang menantang Ulil Abshar Abdalla yang menolak hadits, yang walaupun shohih di kitab Bukhori, namun menurut Ulil tidak sesuai, maka ulil menolaknya. Contohnya hadis tentang orang sholat jadi batal karena adanya yang lewat yaitu anjing, orang perempuan, dan khimar/keledai. Kata Ulil, “di sini perempuan disamakan dengan anjing dan keledai. Jadi saya tolak, walaupun itu ada di Kitab Shohih Bukhori,” kata Ulil.

Kata At-Tamimi, “apakah anda ini ahli hadits? Apa keahlian anda. Dalam hal ilmu agama ini tidak bisa hanya dengan perkataan ‘pendapat saya’. Di ilmu teknik dunia saja tidak bisa dengan ‘pendapat saya’ . Memang anda ahli apa? Apakah ahli hadits? Saya tantang anda bicara tentang hadits. Bahkan kumpulkan seluruh orang JIL, cukup saya hadapi sendirian. Tidak bisa bicara agama kok ‘menurut saya’, ‘menurut saya’. Bukan hanya perempuan yang disamakan dengan binatang, semua laki-laki yang tidak percaya kepada Al-Qur’an dan As-sunnah seperti anda ini dinyatakan dalam Al-Qur’an seperti binatang,” seru At-Tamimi dengan lantang, disambut dengan suara gemuruh hadirin.

Dua orang yang membela IAIN dan ingin merobohkan fakta pada buku Ada Pemurtadan di IAIN itu setelah gagal memberikan cap-cap buruk karena dibalikkan dengan telak, maka justru menolak hukum Allah (sebagian ditentang, dan bahkan dinyatakan tidak ada hukum Tuhan), dan menolak hadits walaupun diakui shahih.

Di situ justru pada dasarnya mereka menampakkan tambahan bukti yang ada pada ungkapan-ungkapan mereka sebagai alumni, dosen dan pembela IAIN bahwa sebenarnya IAIN memang jelas ada pemurtadan. Jadi, mereka mau menepis Adanya pemurtadan di IAIN tetapi justru terperosok pada penguatan bahwa memang benar ada pemurtadan di IAIN secara sistematis. Itu tentu saja sangat berbahaya.

Buku Ada Pemurtadan di IAIN dibedah pertama kali di Islamic Book Fair di Istora Senayan Jakarta, Ahad 27 Maret 2005. Pembicara Dr Roem Rowi dosen pasca sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, dosen tafsir; dan penulis buku Hartono Ahmad Jaiz. Hadirin sekitar 500 orang. Dr Roem Rowi mengakui, di IAIN dia mengajar tafsir, namun mahasiswanya dirusak oleh pemikiran-pemikiran yang diajarkan dalam materi pemikiran Islam (dan sejarah kebudayaan Islam), yang itu justru materi kuliah dasar, semua mahasiswa harus ikut.

Sehingga, ketika ditanya peserta bedah buku, ke mana untuk mendidikkan anak di perguruan tinggi yang islami, Dr Roem Rowi tidak memberikan rekomendasi, hanya menunjuk di antaranya Universitas Islam Internasional di Malaysia. Sedangkan ketika ditanya tentang kurikulum, seberapa peran menteri agama dalam membuat kurikulum di IAIN, Roem Rowi menjawab, menteri agama masa lalu ya hanya mengikuti Dr Harun Nasution. “Seakan perkataan Harun Nasution itu qoululloh (firman Alloh) bagi menteri agama yang lalu,” ujar Roem Rowi yang meraih gelar doktornya dari Universitas al-Azhar Mesir ini.

Disebut Ada Pemurtadan di IAIN, menurut buku itu, karena kurikulumnya, materi kuliahnya, sistem pengajarannya, cara mengajarnya, dan dosen-dosennya banyak yang tidak sesuai dengan sistem pemahaman Islam yang benar. Tidak merujuk kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, dengan manhaj salafus shalih. Tetapi yang dijadikan mata kuliah dasar justru sejarah pemikiran Islam dan sejarah kebudayaan Islam, yang semuanya bukan dasar Islam, dan disampaikan tidak secara ilmu islami, tidak merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan sistem pemahaman yang benar. Diajarkan secara liar, yaitu tanpa sanad (pertalian riwayat) hingga boleh berkomentar apa saja sampai menghina para sahabat sekalipun.

Akibatnya, alumni IAIN tidak bisa membedakan antara madzhab-madzhab (yang perbedaannya itu dalam wilayah furu’/ cabang, jadi boleh saja) dengan sekte-sekte sesat (firoq dhollah) yang sudah berbeda dengan hal pokok yang benar. Bahkan sampai tak bisa membedakan antara mukmin dengan kafir, ketika diajari tasawuf falsafi dan apa yang disebut filsafat Islam (semuanya dalam materi kuliah sejarah pemikiran Islam dalam mata kuliah dasar). Akibatnya, mereka menyamakan semua agama. Itulah sebenar-benarnya pemurtadan secara sistematis lewat jalur perguruan tinggi Islam se-Indonesia baik negeri maupun swasta. Maka kurikulum, sistem pengajaran, materi, metode, dan dosen pengajarnya perlu ditinjau ulang. Pembelajaran dosen-dosen IAIN ke Barat untuk studi Islam pun perlu dihentikan, menurut penulis buku, karena itu menjadi sumber utama pemurtadan tersebut.

Usai bedah buku di UIN Jakarta, hadirin pun berjama’ah shalat dhuhur, tanpa ada dosen ataupun mahasiswa UIN yang maju jadi imam, hingga Ustadz Mustofa Aini seorang hadirin alumni Universitas Islam Madinah maju untuk mengimami setelah agak lama ditunggu-tunggu tak ada yang maju. Ulil, Muqsith dan sebagian besar panitia dari BEM Fak Usuhuluddin dan Filsafat UIN Jakarta tidak tampak ikut shalat berjama’ah. Mereka berada di mihrab sebelah imaman. Kemudian Ulil diiringi para panitia turun dan pulang setelah hadirin yang shalat berjama’ah telah bubar pulang.

“Kampus Islam tidak mencerminkan Islam,” keluh di antara yang hadir.