Pemimpin Seperti Burung Elang

Dulu, ketika ada orang yang bercerita bahwa hampir semua pemimpin duduk kesepian
di puncak piramida, saya agak kurang percaya. Pasalnya, secara kasat mata
kelihatan, setiap pemimpin dikelilingi oleh banyak sekali pengikut. Di mana-mana
muncul diikuti oleh banyak orang.

Sekian tahun setelah menjadi konsultan banyak pemimpin perusahaan, dan juga
merasakan sendiri bagaimana kesepiannya saya di puncak piramida sebuah
perusahaan swasta, terasa sekali kebenaran pernyataan di atas.

Ada banyak sekali hal yang hilang begitu duduk di atas. Tawa ria yang bebas,
hubungan tanpa jarak, manusia-manusia tulus yang datang tanpa kepentingan,
kebebasan dari politik perkantoran yang busuk, hidup dengan stress ringan,
hanyalah sebagian kecil saja dari kemewahan hidup yang hilang.

Ketika hanya menjadi penasehat sejumlah pemimpin, ringan, enteng, dan jernih
saja saya bisa menasehati mereka. Banyak klien yang bahkan mendekatkan anaknya
ke saya, guna diberikan pencerahan berpikir ketika kesepian di atas. Namun,
begitu duduk dan merasakan sendiri rasanya kesepian, baru terasa amat dalam
substansi dari ide pemimpin yang kesepian di atas.

Ada kerinduan akan tawa yang bebas, tetapi saya tidak bisa melakukannya terlalu
sering, sebab menyangkut the power of execution. Ada niat untuk lari dari
politik perkantoran, tetapi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena setiap
pemimpin harus melakukan power games. Maunya memiliki stres yang ringan-ringan
saja, namun di atas, hampir semua informasi hadir seperti teka-teki yang tidak
saja mengasikkan, tetapi juga membawa tekanan.

Ketika dunia pemimpin belum saya tahu langsung wajah aslinya, mimpi untuk sampai
di sana sering hadir. Sekarang, ketika semua itu sudah menjadi keseharian,
kadang saya rindu akan dunia orang biasa yang sederhana dan bersahaja. Ada
kebahagiaan tersendiri ketika bercengkerama dengan tukang taman yang mengurus
taman rumah, dengan satpam yang menjadi penjaga rumah, atau dengan pedagang
skoteng yang kerap lewat di malam hari. Namun, bukankah daya radiasi hidup dan
kehidupan pemimpin jauh lebih luas dari sekadar manusia biasa yang sederhana dan
bersahaja?

Pertanyaan terakhir inilah yang memompa semangat saya, untuk tegar kesepian di
atas.

Lebih dari sekadar takut kesepian, pemimpin seyogyanya terbang seperti burung
elang. Tinggi, sendirian, kesepian, namun memiliki helicopter"s view yang amat
mengagumkan. Atau ibarat orang yang bangun di pagi hari sendirian, kemudian siap
disebut aneh oleh semua orang ketika bertutur tentang apa yang terjadi di pagi
hari.

Sebagaimana burung elang yang sebenarnya, ia memang tidak pernah terbang
bersama-sama, dan juga penuh kebebasan. Ia senantiasa sendirian.

Setiap kali saya mengambil keputusan penting, selalu saya usahakan untuk
membayangkan diri terbang tinggi, dan bebas dari segala ketakutan termasuk
dipecat besok pagi. Untuk kemudian, berusaha sekuat tenaga mengangkat dan
menarik bawahan ke atas. Persis seperti magnet, untuk menarik logam yang berat,
diperlukan tenaga yang amat kuat.

Stres, marah, tegang, kehilangan kawan, bahkan kadang frustrasi adalah bagian
dari tanda-tanda mulai terkuras habisnya tenaga untuk menarik orang-orang bawah.
Apapun harganya, ia mesti dibayar oleh setiap orang
yang berani memutuskan diri hidup menjadi pemimpin.

Hanya dengan cara terakhir, daya radiasi pemimpin menjadi luas, dalam dan
panjang. Magnetnya akan menarik ke atas banyak orang. Standar kualitasnya
diikuti.

Meminjam contoh cantik John Maxwell, pemimpin orkestra ketika bekerja harus
membalik punggung di hadapan pengunjung. Ia membuat keputusan seorang diri -
sekali lagi seorang diri. Ia tidak bisa hanyut dengan pengunjung, dan
memperhatikan respons pengunjung terhadap cara dia memimpin. Bakti hidup dan
perhatiannya tidak ditujukan untuk pengunjung, tetapi untuk bawahan-bawahan yang
ia pimpin. Tepuk tangan penonton itu penting, tetapi bukan itu tujuannya. Tujuan
utamanya, memimpin pemain orkestra secara amat cemerlang.

Untuk mencapai tujuan tadi, pemimpin memerlukan lem yang bisa mengikat tanpa
paksaan. Logika adalah salah satu perlengkapan dari lem tadi. Namun,
sehebat-hebatnya logika, dia tidak bisa mengalahkan hubungan dari hati ke hati.

Hubungan terakhir, mirip sekali dengan semen. Sekali merekat, susah sekali
merobohkannya. Bedanya dengan logika yang boros sekali dengan kata-kata,
hubungan dari hati ke hati tidak memerlukan terlalu banyak kata-kata. Setiap
tambahan kata-kata, hanya akan memperenggang hubungan. Namun ia merindukan
banyak tindakan. Lebih-lebih yang dibangun di atas ketulusan dan kemurnian.

Setiap tambahan tindakan tadi, di satu sisi memperkuat kekuatan daya tarik
magnet pimpinan, dan pada saat yang sama memperingan gerakan orang bawah untuk
ditarik ke atas.

Ada saatnya, "burung elang" pemimpin akan terbang ringan, bebas dan sedikit
hambatan. Dan ini sangat ditentukan pada daya rekat lem di atas.

Saya memang masih terbang berat dan memiliki cukup banyak hambatan. Namun, ada
saatnya, ketika tabungan hubungan dari hati ke hati sudah memadai, "burung
elang" saya akan terbang bebas dan ringan.

Sama dengan burung elang yang sebenarnya, di titik ini, setiap hambatan tidak
membuat daya jangkau terbangnya menyempit. Justru hambatan tadi - seperti angin
- akan membuat burung elang terbang semakin jauh dan semakin jauh.

(Gede Prama)

No comments: