ANAK-ANAK KARBITAN

Oleh Dewi Utama Faizah

Anak-anak yang digegas
Menjadi cepat mekar
Cepat matang
Cepat layu...

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana manaorang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahanyang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayananpendidikan yang baik. Taman kanak--kanak pun berdiri dengan berbagai rupa,di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak--anak pun jugabertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan iniamatberagam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya.Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakapberbagai bahasa, hingga pisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, mainmusik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul--betul penuh dengandenyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang terkadang mengurasisi kantung orangtua ...

Captive market I
Kondisi di atas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kitaamati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet danlileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usiadini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besarpenyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Disamping ketidak patutan yang dilakukan oleh orang tua akibatketidaktahuannya... !

Anak-Anak Yang Digegas...
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak.Di antaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuanintelektual secara dini. Akibatnva bermunculanlah anak-anak ajaib dengankepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasidalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademikdl dalam dan di luar sekolah.Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan initerjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadipada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra scorang psikiater.Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupunusianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitumengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagaimedia masa. Namun apa yang terjadi kemudian ? James Thurber seorang wartawanterkemuka. pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang taklain adalah William James Sidis. si anak ajaib yang begitu dibanggakan danmembuat orang banyak berdecak kagum pada bcberapa waktu silam.Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi padascorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, dimanaseorang Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimenmenyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknyasejak si anak masih benapa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telahmemperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajakberbicara dengan mcnggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayidikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguhmencengangkan ! Di usia 1 tahun Edith telah dapat berbicara dengan kalimatsempurna. Di usia 5 tahun Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopediBritannica. Usia 6 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran New York Timessetiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk universitas. Ketika usianyamenginjak 15 lahun la menjadi guru matematika di Michigan State University.Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengankapasitas otak yang sangat tak berhingga.... Namun khabar Edith selanjutnyajuga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraihanak saat ia mcnjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalamkehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasilmengguncang dunia dengan pcnemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalahanak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu.Seperti halnya Einsten yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD.Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun.Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak dimasa depan sangat ditentukan oleh faktor kogtutif. Otak memang memilikikemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak orangtuadan para pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training". Erapemberdayaan otak mencapai masa keemasanmya. Setiap orangtua dan pendidikberlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super(Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitifyang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kananhanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke duabelahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal initerjadi sekarang dimana-rnana, di Indonesia...."Early Ripe, early Rot...!"Gejala kelidakpatutau dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1960 diAmerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikanbagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidaksegera mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejakdini maka mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak merekaselanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke TamanKanak-Kanak (Pra Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerimaanak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak inigurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula.Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amcrika sudahdirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "EraHeadstart" merancah dunia pendidikan. Para akadcmisi begitu optimis untukmembelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka(tiada berhingga). Semcntara mcrcka tidak tahu banyak tentang anak, apa yangmereka butuhkan dan inginkan sebagai anak.Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner,seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah buku terkenal "The Process of Education" pada lahun 1960, la menyatakan bahwa kompetensianak untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yangmereformasi kurikulum pendidikan di Amerika. "We begin with the hypothesisthat any subject can be taught effectively in some intellectually honest wayto any child at any stage of development".Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan olehbanyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana ! Pendidikan dilaksanakandengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dancepat busuk... early ripe, early rot !Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD.Di rumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitumengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Domanmenuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi membaca.Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep"kesiapan--readiness" dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yangmendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang "biological limitiionson learning'. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan intervensi dini danrangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajarapapun.Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolahmembuat anak-anak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi "miniature orangdewasa ". Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimanalayaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku punjuga seperti orang dewasa. Di sisi lain media pun merangsang anak untukcepat mekar terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan internet.Lihatlah maraknya program teve yang belum pantas ditonton anak-anak yangditayangkan di pagi atau pun sore hari. Media begitu merangsangkeingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa. sebagai seksualpromosi yang menyesatkan. Pendek kata media telah memekarkan bahasa.berpikir dan perilaku anak lumbuh kembang secara cepat.Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak ? Apakahfaktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnyakecerdasan ? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiriyang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihatberpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidakseperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai haltetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengantumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembanganemosi lebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagai keadaan, Cobalahperhatikan, khususnva saat perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ",sementara perasaannya menangis berteriak sebagai "anak".Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anaklaki-laki "Heintje" di era tahun 70-an... I'm Nobody'S Child

I'M NOBODY'S CHILD
I'M nobody's child I'm nobodys child
Just like aflower I'm growing wild
No mommies kisses and no daddv's smile
Nobody's love me I'm nobody's child

Dampak Berikutnya Terjadi... ketika anak memasuki usia remajaAkibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasukiusia remaja. Mereka tidak segan-segan mempertontonkan berbagai macamperilaku yang tidak patut. Patricia 0' Brien menamakannya sebagai "?'heShrinking of Childhood'. " Lu belum tahu ya... bahwa gue telah melakukansegalanya", begitu pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepadateman-temannya. " Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks " serunyabangga.Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan bagaimanapengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai gangguankepribadian dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadi cepatmekar.... kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan! Sementaraanak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan untukberkembang, .... sebuah proses dalam kehidupannya !Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yangberkarier di luar rumah tidak menuliki waktu banyak dengan anak-anak mereka.Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebih mengandalkan tenaga"baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknva. Colette Dowling menamakanibu-ibu muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome" yang senang windowshopping, ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovelaatau buku romantis. Sebagai bentuk ilusi rnenghindari kehidupan nyata vangmereka jalani.Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di lembagapendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai Ies,dan mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi cilik, lomba model inidan itu. Para orangtua ini juga sangat bangga jika anak-anak mereka superiordi segala bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtua yang sibuk jugamewakilkan diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan pendidikananak--anak mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikanparenting di Iembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.

ERA SUPERKIDS
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknva "be special " daripada "be averageor normal sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak merekamenjadi "to exel to be the best". Sebetulnya tidak ada yang salah. Nanunketika anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti berbagai kepentinganorangtua untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan, sepertikegiatan mental aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano,biola, melukis, dan banyak lagi lainnya...maka lahirlah anak-anaksuper---"SUPERKIDS'". Cost merawat anak supcrkids ini sangat mahal.Era Superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua salingberkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya " earlier is better".Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalamdiri anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil Posmant seorang sosiologAmerika pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak tercabut dari masakanak-kanaknya, maka lihatlah...ketika anak-anak itu menjadi dewasa, maka iaakan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan !

BERBAGAI GAYA ORANGTUA
Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkanberbagai gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan-"miseducation" terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya.Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan, antaralain:

Gourmet Parents-- (ORTU B0RJU)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukscs. Memiliki rumah bagus,mobil mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gayahidup kebarat--baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka akan cenderungmerawat anak-anakuya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuhdengan ambisi ! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isumutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat pcrcaya bahwa tugaspengasuhan yang baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids"merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai orangtua.Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknva baju-baju mahal bermerekterkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang prestisius.Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajaktamasya keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihatsebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobilterkenal, maka itulah sekolah dimana banyak kelompok orangtua "gourmet "atau-- kelompok borju menyekolahkan anak--anaknya.

College Degree Parents --- (ORTU INTELEK)
Kelompok ini merupakan bcntuk lain dari keluarga intclck yang mcncngah kealas. Mercka sangat pcduli dcngan pcndidikan anak-anaknya. Sering melibatkandiri dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuatmajalah dinding, dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percayapendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadangmereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka "Superkids ", apabila sianak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka jugamemasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai buku bahwamereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayardengan pantas.Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulumyang dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal merekabanyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah,

Gold Medal Parents --(ORTU SELEBRITIS)
Kelompok ini adalah kelompok orangtua Yang menginginkan anak-anaknya menjadikompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya keberbagai kompctisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan sepertiOlimpiadc matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia.Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadangkontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapatmeraih kemenangan dan merijadi "seorang Bintang Sejati ". Sejak dini merekapersiapkan anak-anak mereka menjadi "Sang Juara", mulai dari juara renang,menyanyi dan melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masihberusia TK. Sebagai ilustrasi dalam sebuhl arena lomba ratu cilik di Padangpuluhan anak-anak TK baik lakii-laki maupun perempuan tengah menunggu dimulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acarayang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta.Anak-anak mulai resah,berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara mata kecilmereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar.Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagaipemenang. Sementara pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipaskertas.Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilakuambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-anseorang gadis kecil pesenam usia TK rnengalami kelainan tulang akibat ambisiayahnya yang guru olahraga. Atau kasus "bintang cilik" Yoan Tanamal yangmengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa kanak-kanaknya. Kemudianmenjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara.Atau bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasiendoktcr jiwa. Gold medal parent menimbulkan banyak bencana pada anak-anakmereka!Pada tanggal 26 Mei lalu kita sasikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua" yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya. OrangtuaJoshua berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengankembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingatbagaimana lucu dan pintarnya.Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Diamuncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-namakepala negara. kemudian di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilikterkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja disalon dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang "superkid "--seorangpenyanyi sekaligus seorang bintang film,....Do -it Yourself ParentsMerupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami danmenyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional dibidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempatibadah., di Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkananak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengankeuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikananak-anaknya "Superkids"--earlier is better". Dalam kehidupan sehari-harianak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkanmerawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok inimerupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yangbersih.

Outward Bound Parents--- (ORTU PARANOID)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapatmemberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan merekasederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh denganpermusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya.Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka Iebih memilih sekolahyang nyaman dan tidak melewati tempat-tempat tawuran yang berbahaya. Sepertihalnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja jugaterkadang terpengaruh dan menerima konsep "Superkids " Mereka mengharapkananak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri merekadari berbagai macam marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapanmelindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya "Karate, Yudo,pencak Silat" sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalammendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu berlebihan melihatmarabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihatsituasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak.Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril" dengan lingkungannya.

Prodigy Parents --(ORTU INSTANT)
Merupakan kelompok orangtua yang sukscs dalam karier namun tidak memilikipendidikan yang cukup. Merceka cukup berada, narnun tidak berpendidikan yangbaik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakatscmata. Oleh karena itu mercka juga memandang sekolah dengan sebelah mata,hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya. 'Tidakkalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dansukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocokdiberikan kepada anak--anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudahterpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah.Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka sukai. Misalnya bukutentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca" karangan Glenn Doman, atau"Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika " karangan Siegfried, "Berikan Anakmupemikiran Cemerlang " karangan Therese Engelmann, dan "Kiat-Kiat MengajarkanAnak Dapat Membaca Dalam Waktu 6 Hari " karangan Sidney Ledson

Encounter Group Parents--(ORTU NGERUMPI)
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Merekaterkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidakmemiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakankelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka menyukaidan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina hubungandengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering melakukanketidakpatutan dalam mendidik anak--anak dengan berbagai perilaku "gangngrumpi" yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buangwaktu dalam kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua.Atau pun jika mereka memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasikepada kepentingan kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruhdan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikananak-anak mereka sebagai "Superkids" juga sangat diharapkan. Namun banyakdari anak-anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yangdiharapkan. Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya kurang menampilkanminat dan prestasi yang diharapkan.

Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yangbahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Merekacendcrung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengantulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anakmereka dengan penuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang menjadi oraugtuayang melakukan "miseducation " dalam merawat dan mengasuh anak-anaknva.Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuhperhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua. Merekamemenuhi rumah tangga mercka dengan buku-buku, lukisan dan musik yangdisukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat danmenciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh mekarsegala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanakdengan penuh kenangan indah yang menyebabkan. Kehangatan hidup berkeluargamenumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri danantusias dalam kehidupan belajar. Kelompok ini merupakan kelompok orangtuayang menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Merckabcgitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapatmenemukan sendiri keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain merekapercaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatandidirinya. Bagi mereka setiap anak adalah benar-benar scorang anak yanghebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik !

KAMU HARUS tAHU BAHWA TIADA SATU PUN YAN6 LEBIH TIN66I, AtAU LEBIH KUAT,ATAU LEBIH BAIK, ATAU PUN LEBIH BERHARGA DALAM KEHIDUPAN NANTI DARIPADAKENAN6AN INDAH -TERUTAMA KENAN6AN MAN1S DI MASA KANAK-KANAK. KAMU MENDEN6ARBANYAK HAL TENTAN6 PENDIDIKAN, NAMUN BEBERAPA HAL YAN6 INDAH, KENAN6ANBERHARGA YANG TERSIMPAN SEJAK KECIL ADALAH MUNGKIN ITU PENDIDIKAN YANGTERBAIK. APABILA SESEORANG MENYIMPAN BANYAK KENAN6AN INDAN DI MASA KECILNYA,MAKA KELAK SELURUH KEHiDUPANNYA AKAN TERSELAMATKAN. BAHKAN APABILA HANYA ADASATU SAJA KENAN6AN 1NDAH YAh'6 TERSIAMPAN DALAM HATI KITA, h1AKA ITULAHKENAN6AN YAN6 AKAN MEMBERIKAN SATU HARI UNTUK KESELAMATANKITA"-DESTOYEVSKY'S BROTHERS KARAM0Z0V---

PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya jugaterlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produkdaripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah "Industri"dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada programakselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk.Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuksebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajarkarena rangkap tugas sebagai administrator sekolah Sebagai guru kelas yangmengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapatmenjadi "pengabar isi buku pelajaran " ketimbang menjalankan fungsi edukatifdalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah akanmenggunakan "mesirr-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang diperolehanak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anakdidik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sckolah. Pikiranmereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidakmereka butuhkan sebagai anak. Manfaat apa yang mereka peroleh jika gurumenyita anak membuat bagan organisasi sebuah birokrasi ? Manfaat apa yangdirasakan anak jika mereka diminta membuat PR yang menuliskan susunankabinet yang ada di pemerintahan ? Manfaat apa yang dimiliki anak jika iadisuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran ?Tumpulnya rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yangdirefleksikan dalam sanubari dan perilaku-pcrilaku keseharian mereka sebagaianak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang pengetahuan yangdilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulumpersekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam kehidupannyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah--- dengantugas-tugas dan PR yang menumpuk.... Namun sekolah tidak mengerti bahwa anaksebenarnya butuh bersekolah untuk menyongsong kehidupannya !Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 %kognitif dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telahmelakukan " pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Dimanaguru mengajar anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahuapa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anakmendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih danmendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anakhanya membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dananak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek dariproses pembelajaran (Freire, 1993). Model pembelajaran banking system inidikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan terbesar. Belum lagipersaingan antar sekolah. dan persaingan ranking wilayah....Mengkompetensi Anak--- merupakan `KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN ?""Anak adalah anugrah Tuhan... sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapicitra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasaYanigbertanggungjawab... "(Nature versus Nurture).bagaimana ? Karena ada dua pengertian kompetensi---= ` kompetensi yangdatang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) ataukompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendirSebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson(psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadiapapun sesuai kehendak kita--sebagai komponen sentral dari konscpkompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pebelajar, maka mereka juga dapatdibentuk melalui pembelajaran dini. Kata-kata Watson yang sangat terkenaladalah sebagai berikut :" Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special world tobring them up in, and I'll guarantee you to take any one at random and trainhim to become any type of specialist I might select--doctor, lawyer, artist,merchant chief and yes, even beggar and thief regardless of this talents,penchants.,;, tendencies, vocations, and race of his ancestors ".Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini "setelah mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya.Ada sebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun1976. Dimana guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur"Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill) "dalam mata pelajaran membacadan matematika. Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnispendidikan Fred Hechinger kepada New York Times sebagai berikut :`The improvement in those areas were not the result of any magic program orany singular teaching strategy, they were... simply proof thataccountability is crucial and that, in the past five years, it has paid offin New Yersey".Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti EleanorRoosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan sebagaianak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketikamereka bersekolah di SD kelas rendah. semestinya kita dapat menyimpulkanbahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan kompetensi--kompetensiperolehan pengetahuan hanya secara kognitif. Ulah karena hingga hari inisekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan kompetensi emosi sosialanak dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak seutuhnya yang terkaitdengan berbagai aspek seperti emosi, sosial, kognitif pisik, dan moral belumdapat dikemas dalam pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementarapendidikan sejati adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspekyang dimiliki anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untukdibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja !.Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan pembelajaran yangberkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus menerusmerawat minat dan keingintahuan untuk belajar. Anak mengenali tumbuh kembangyang terjadi secara berkelangsungan dalam kehidupannya.Perilaku keingintahuan -"curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam sistempersekolahan kita.Akademik Bukanlah Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan ! "Empty Sacks will neverstand upright"---George EliotPendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melaluikecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secarabersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya.Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik anak akan menumbuhkansemangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah dibutuhkannya perananguru scbagai pendidik akadcmik dan pendidik sanubari "karakter". Dimanamereka mendidik anak menjadi "good and smart "-terang hati dan pikiranSebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anakdidik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anakdidiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, denganberpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapisebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina dengan baik yangmelibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas.Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya ber jamjam untuk belajar anatomi tubuh manusia. Thomas Edison mengatakan bahwa"genius is 1 percent inspiration and 99 percent perspiration ". Semangatbelajar ---"encourige' - TIdak dapat muncul tiba-tiba di diri anak. Perluproses yang melibatkan hati---kesukaan dan kecintaan--- belajar_ Sementaradi sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang tidak mencintai merekasebagai anak.Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan"moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwakecerdasan saja tidak cukup. Kecerdasan plus karaktcr inilah tujuan sejatisebuah pendidikan (Martin Luther King, Jr). lnilah keharmonisan daripendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antarakecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yang berguna denganperbuatan yang baik ...

PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yangterang hati dan terang pikiran--- "good and smart "--- merupakan tugas kitabersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yangmesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnyaantara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidakberorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segalapotensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalahketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikanfaktor emosi.Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepadaanak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah fenomenayang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya eraanak-anak karbitan ! Lihatlah nanti...ketika anak-anak karbitan itu menjadidewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan.Hidup itu menciutDan mengcrdilBagaikan selokan kecilBila dilepas bebasla merah menggejolakBagaikan dahsyatnva samudera luas-
*) Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD DitjenDikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut PengembanganPendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation,

Proses Tumbuh Kembang Anak, Bukan lah Lomba Balap"
Ingin mencetak anak cerdas, kreatif dan jenius? Temukan caranya disini!Kembangkan bakat kecerdasan anak anda sejak dini melalui konsep multipleinteligence! Flash card, cara ampuh untuk mengajari anak anda membaca sejakdini! Ingin anak anda memiliki kecerdasan musik? Jangan lupa alunkan musikmozart untuk bayi anda. Suplemen X, suplemen terbaik untuk membantumeningkatkan kecerdasan buah hati anda!" Demikian bunyi pesan-pesan sponsordi media, yang kerap terdengar. Derasnya informasi seperti ini umumnyamemiliki niatan serupa: menjanjikan percepatan tumbuh kembang untukmenjadikan seorang anak menjadi anak berbakat, jenius, atau cerdas. Teoriperkembangan dan pembelajaran yang diterapkan, serta trend pendidikan diIndonesia pun kini semakin beragam. Sekolah-sekolah plus dan programpendidikan sejak usia dini kian menjamur.
Namun, apakah semua informasi, metoda maupun kurikulum pendidikan yangberagam dan banyak ditawarkan tersebut cocok untuk si anak? Bagaimana kitamenyikapi derasnya iming-iming produk percepatan tumbuh kembang, teori dantrend pendidikan yang ada tersebut? Permasalahan ini diungkap secaramendalam dalam seminar online WRMommies yang ke-4 dengan tema "PerananOrangtua dan Praktisi Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat MelaluiPemahaman Teori & Trend Pendidikan" pertengahan November 2005 lalu. Duaorang narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta dengan gamblang. IbuAdi D. Adinugroho MA, selaku narasumber, kini sedang menyelesaikan doktoralprogramnya dalam bidang spesial education di Purdue University, AmerikaSerikat. Sedangkan narasumber kedua, ibu Dr. drg. Julia Van Tiel Ms, yangmemiliki anak berbakat dengan disinkroni, kini bermukim di Belanda. Pesertaseminar kali ini dibatasi hingga 358 peserta, yang tersebar di berbagaibenua, Eropa, Amerika, Asia, Australia dan Afrika. Peserta terbanyak tentusaja dari Indonesia, Jakarta khususnya.
Lebih lanjut kedua narasumber mengatakan, setiap orangtua tentu ingin agaranaknya sukses di masa depan. Memiliki anak cerdas, berbakat atau jenius,memang menjadi dambaan orangtua. Namun akibat maraknya informasi yangmenjanjikan paket untuk mencerdaskan anak tersebut, orangtua kerap menjadi'panas' dan takut tertinggal dari sekitarnya. Orangtua merasa khawatir danpanik karena perkembangan anaknya tidak "secepat" perkembangan anak lainnya.Padahal proses tumbuh kembang adalah proses individual dan bukan merupakansuatu 'lomba balap'-siapa cepat, dia paling super. Intervensi berlebihankepada anak dengan bombardir beragam paket tumbuh kembang yang menggiurkan,tanpa disadari malah dapat menjadi tindak penganiyayan fisik dan psikisbagi anak.

Kesalahan Persepsi
Apalagi, bila dipandang dari pengertian ilmu keberbakatan ilmiah atauscientific, sebetulnya telah terjadi miskonsepsi tentang pengertiankeberbakatan (giftedness) di masyarakat. Penggolongan anak berbakat ataujenius tidak melulu hanya dilihat dari kecepatan tumbuh kembangnya saja.Menurut ibu Julia Van Tiel dalam makalahnya yang berjudul "PengembanganKeberbakatan Gifted Children," anak berbakat (gifted children) sesungguhnyaadalah mereka yang memenuhi persyaratan sebagaimana syarat yang dijelaskanoleh ahli keberbakatan, Renzulli, dalam Triadik-nya. Seorang anak berbakatharuslah memiliki inteligensia yang tinggi di atas rata-rata ( IQ > 130),kreativitas yang tinggi, motivasi serta komitmen kerja yang tinggi . Faktorinteligensia adalah faktor yang stabil, sulit dipengaruhi dari luar karenamerupakan faktor bawaan (genetik). Sementara, kreativitas dan motivasimerupakan faktor yang dapat dipengaruhi dari luar (lingkungan). Jadi, sloganyang mengatakan 'semua anak pada dasarnya cerdas atau berbakat' adalahsangat keliru, karena jauh dari berbagai temuan ilmiah tentang tumbuhkembang anakSelain itu, teori perkembangan dan pembelajaran yang masihkontradiktif-seperti teori Multiple Intelegence (MI)-juga banyak dijadikanlandasan pegangan sekolah-sekolah maupun panduan tumbuh kembang anak diIndonesia. Padahal teori MI ini masih belum bisa dibuktikan pengukuran danpembuktian empirisnya. "Tapi, bukankah munculnya teori MI milik HowardGardner ini setidaknya telah membuat sistim pendidikan di Indonesiabergeliat, dan orangtua muda pun menjadi lebih 'melek' terhadap stimulasianak? Apakah bahayanya bila MI digunakan dalam hal praktis?" tanya salahseorang peserta seminar.Menurut ibu Julia Van tiel, para praktisi pendidikan di dunia internasionaltelah menyatakan bahwa MI merupakan pseudoscience. Pseudoscience artinya,belum didukung oleh bukti empiris. Apakah memang MI ini benar dapatmemberikan manfaat? Project Zero milik kelompok Gardner sudah belasan tahuntidak pernah menghasilkan bukti empiris. Bukti-bukti yang diberikan Gardnerhanyalah berbagai testimoni dari para guru kelas. Bila kita lihat dilapangan, hingga saat ini tidak ada alat ukur yang dapat digunakan untukmengukur keberhasilan MI dan anak anak seperti apa, serta bakat apa yangbisa dikembangkan. Yang dijelaskan oleh Gardner hanyalah ke-8 intelligencemiliknya tersebut. Akibatnya yang terjadi di lapangan adalah trial and eror,terserah kepada praktisi lapangan bagaimana menginterpretasi MI. Bahayanya,kita tidak tahu lagi kapan kita harus berhenti menstimulasi. Padahal hal inibisa jadi malah menimbulkan abusing terhadap anak."Sekalipun ada positifnya, yaitu orang tua menjadi lebih optimis terhadapanak-anaknya, namun juga terjadi miskonsepsi pengertian keberbakatan. Dandari geliat yang anda katakan itu, nampak sekali kini para orang tua justrurepot menggali-gali bakat anak. Masih kecil sekali sudah mendapatkanstimulasi agar bisa menjadi anak ajaib (wonder kind)," tambah ibu Julialagi.Menjadi Advokat TangguhJadi bagaimana menyikapi segala persoalan ini? "Hal penting yang perludiingat adalah, tugas orangtua sebetulnya bukanlah mempercepat tumbuhkembang anak, tetapi membantu tumbuh kembang anak. Kita tidak bisamenciptakan, mempercepat maupun mengabaikan tahapan kesiapan anak di dalamproses tumbuh kembang. Karena kesemua itu merupakan suatu keunikan individu.Tentu boleh menetapkan harapan pada seorang anak, namun tetap harus melihattahapan perkembangan berdasarkan range usia, kondisi anak dan tahapanpertumbuhannya. Untuk itu, kita perlu memahami prinsip tumbuh kembang,memahami teori-teori dasar tumbuh kembang dan pembelajaran" tulis ibu Adi.D. Adinugroho dalam makalahnya yang berjudul 'Membantu tumbuh kembang anakdengan Memahami Teori & Trend pendidikan.'Lebih lanjut ibu Adi menjelaskan, untuk mengendalikan arus informasi yangdikemas secara masif dan ekstrapersuasif tersebut-agar tidak malah menjadibumerang pembingungan dalam pengambilan keputusan bagi anak-anak-kita punperlu memberikan bantuan dan pelayanan pendidikan yang sesuai bagianak-anak. Bagaimana caranya? Jadilah advokat yang tangguh bagi anak-anakkita. Orangtua adalah guru pertama dan "expert" utama dalam memahamikebutuhan dan kemampuan anak-anaknya. Dengan menjadi advokat yang tangguhyang melindungi hak si anak untuk dapat memenuhi kebutuhan proses tumbuhkembangnya, maka orangtua berperan aktif dalam membantu proses tumbuhkembang itu sendiri.Khusus tentang MI, karena maraknya penggunaan MI di lapangan, ibu Adimenganjurkan agar sebagai advokat, orangtua dan praktisi sebaiknyamempertimbangkan baik-baik dan mengkaji lagi tawaran-tawaran penerapanaplikasi lapangan yang mengatas namakan MI didalam pengambilan keputusan.Terlepas dari kontradiksi yang ada, kita perlu menimbang apakah aplikasitersebut memang benar-benar penerapan dari konsep MI sebenarnya atau sematahanya metode aplikasi yang menggunakan prinsip pendekatan individu. Mengapa?Karena sejauh ini belum ada sistimatika dan acuan aplikasi teori MI. Begitupula dengan alat pengukur keping-keping intelektual yang dijabarkan dalamMI. Parameter pengukur kemajuan kepingan intelektual tersebut dan dampaknyadengan pertumbuhan anak secara menyeluruh serta dampaknya terhadapintelektual-intelektual lainnya pun belum ada.Kalau sekiranya metode tersebut termasuk dalam golongan pendekatan individu,maka sebaiknya dibandingkan dahulu dengan berbagai jenis teori perkembangandan pembelajaran yang lain. Pilihlah teori yang mempunyai asumsi sejenistetapi jelas pembukitan empiris serta pengukurannya sebagai pembanding dansebagai acuan pengukuran. Jadi kita bisa tahu persis apakah metode tersebutbenar-benar efektif atau hanya "kelihatannya efektif" tapi tidak bisadiukur. Alhasil, keputusan bisa diambil dengan meminimalkan resiko trial danerror.Menjadi advokat tangguh adalah dengan selalu kritis dan selalumempertimbangkan kepentingan anak. Tak lupa pula menyesuaikan kebutuhan dankemampuan serta mengkaji dampak positif maupun negatif bagi kelangsunganhidup anak dimasa depan. Dengan demikian, anak pun dapat menikmati prosestumbuh kembangnya dengan baik, karena tak lagi merasa terbebani dengan'lomba balap' yang kerap diciptakan orangtua maupun lingkungannya. (AgnesTri Harjaningrum)Pendidikan Anak Usia Dini, Perlukah?PendahuluanAnak-anak dimanapun diseluruh dunia ini terlahir untuk menjadi generasipenerus bangsanya. Mereka akan tampil menggantikan generasi yang lalu denganberbagai macam sejarahnya. Maka dengan demikian, posisi strategis sebuahbangsa, mau tak mau, memang ada pada tangan anak-anak tersebut.Pendidikan anak harus selalu dikedepankan jika memang sebuah bangsa maumenjadikan bangsanya lebih maju dari sebelumnya, atau minimal mempertahankansegi positip dari apa yang sudah ada sebelumnya. Disini, peranan orang tua,guru, dan masyarakat umumnya, harus mulai memikirkan cara terbaik untukmeningkatkan kualitas pendidikan anak tersebut.Yang muncul kepermukaan adalah, sejauhmana peranan orang tua, guru danmasyarakat mau mengantarkan anak-anaknya kejenjang pendidikan dari yangterrendah sampai yang pendidikan tinggi? Perlukah untuk saat ini pendidikananak usia dini dan apa implikasi jika hal tersebut menjadi sebuah keharusanbagi orang tua? Lebih extrem lagi, sudah mampukah kita menjadikan pendidikanformal sebagai tempat pencarian ilmu itu, menjadi bagian yang terpadu dengankebutuhan hidup seorang peserta didiknya?Pertanyaan itu harus terjawab sehingga pemetaan kita akan kebutuhan terhadappendidikan anak, khususnya pada anak usia dini (umur 0-6 tahun), lebihterarah dan semakin berarti bagi perkembangan.Tulisan ini memaparkan satu wacana dari pemerintah tentang sebuah keformalanpendidikan untuk usia dini dilihat dari undang-undang pendidikan usia dini,selain mencoba menganalisa beberapa kemungkinan yang akan timbul denganditerapkannya pendidikan usia dini, juga mencari solusi dari sikap yangmungkin tidak setuju dengan keberadaannya.Perlukah Pendidikan Anak Usia Dini ?Sesuai dengan definisi, pendidikan adalah satu proses pendewasaan yang akanmerubah prilaku orang dari tidak tahu menjadi tahu. Dengan kata lain,pendidikan adalah juga pembelajaran atau belajar.Orang tua yang memberikan contoh kepada seorang anak untuk, misalnya,mengambil sesuatu dengan tangan kanannya, adalah satu proses pendidikan.Meskipun dengan tanpa menggunakan bahasa visual, dan hanya menggunakanbahasa gerak (dengan mengangkat tangan kanan si kecil) si anak akan belajaruntuk mengenali bahwa hal itu adalah satu respon yang harus dilakukannya.Apalagi jika orang tua selalu mengingatkan dalam bahasa tubuhnya, ataudengan satu isyarat "kesalahan" jika anak membawa sesuatu dengan tangankirinya.Proses interaksi ini sudah lumrah bagi tiap orang di Indonesia dan duniatimur pada umumnya. Tapi akan lain halnya jika contoh tersebut di berikanpada masyarakat dengan komunitas menggunakan tangan kiri sebagai tangan yang"bagus" dalam mengambil sesuatu. Dunia barat misalnya, mereka cenderungmenggunakan tangan kirinya untuk berbagai kegiatan seperti menulis dansebagainya.Pesan dari uraian tersebut adalah, perlunya sebuah proses pendidikan (baca:belajar) ditanamkan pada saat anak-anak dan disesuaikan dengana kondisidimana dia berada. Karena pesan verbal orang tua dalam hal pendidikan iniakan lebih mengena pada anaknya. Baik atau buruknya anak tergantung daribagaimana dia mersepon apa yang diberikan orang tuanya pada saat masakecilnya. Ibarat satu kertas yang kosong, anak akan memiliki bentuk dari apayang di torehkan orang tua padanya.Lalu sejak kapan pendidikan kepada anak itu harusnya diberikan orangtuanya?Proses pendidikan anak sebenarnya tidak pernah lepas dari bagaimana peranandari keluarganya, dalam hal ini lebih dominan pada sosok ibunya sendiri. Ibuadalah guru atau pendidik pertama dan terpenting yang akan dihadapi anak.Ditangannya bentuk seorang anak dimulai dan dikemas. Apakah dia akan menjadiorang yang baik atau buruk tergantung dari pendidikan awal ini. Untuk itumarilah sejenak kita menoleh kebelakang beberapa pola pendidikan yang ada disekeliling kita.Timur Barat, Dua Pola PendidikanPendidikan anak di belahan dunia barat cenderung mengarah pada prilakukemanidirian si anak. Bisa kita saksikan ketika masih bayi sekalipun, orangtuanya sudah memberikan tempat tidur khusus dan terpisah dari orang tuanya.Ada juga diantara meraka yang memberikan anaknya untuk diasuh dan dibesarkanoleh seorang pengasuh anak (baby sister) karena kesibukan ibunya dalam duniapekerjaan. Nampaknya, dilihat sekilas pandang, pola pendidikan yang demikiantidak menjadikan pendidikan anak menjadi baik, karena memang secara naluriahsi anak membutuhkan kasih sayang full dari ibunya. Bisakah si Ibu membagiwaktu dengan anaknya jika sementara si ibu telah terbagi pikirannya untukbekerja, itu masalah lain lagi.Disaat sang anak berada pada kesendiriannya -yang dengan istilah mereka"pendewasaan" - , namun tidak sempat ter-berikan, mau tidak mau sebenarnyaorang tua telah menghilangkan hak si anak untuk selalu dimanja dengankehangatan orang tuanya. Akibatnya, bisa kita saksikan maraknya praktekpengasuhan anak yang diberikan pada -katakanlah- sekolah-sekolah (apapunjenis dan namanya) selama orang tuanya bekerja.Pengasuhan anak di sekolah khusus, kita mungkin bisa menyebutnya denganarena bermain, atau TK atau full day atau apapun namanya, jika di telusuriternyata merupakan satu pembenaaran yang dilakukan oleh orang tuanya agardirinya bisa bekerja dengan tenang. Potret seperti inilah yang kemudiandijadikan tren di hampir seluruh dunia. Kata kuncinya adalah, ketidaksiapanseorang ibu dalam mengasuh sendiri anak-anaknya.Lantas bagaimana kualitas anak jika kondisinya seperti itu? Mungkin kitatidak bisa mendapatkan data otentik tentang sejauhmana pola itu diterapkandalam hubungannya dengan kecerdasan si anak. Akan tetapi, satu hal yanagpasti hilang dari pendidikan semacam itu adalah rasa kepemilikan terhadaporang tuanya. Bisa jadi si anak akan lebih banyak mengenal pembantu, guruatau pengasuhnya dibanding dengan ibunya sendiri.Mungkin bisa kita lihat mereka yang mendapat fasilitas memadai untukmenyekolahkan atau menitipkan anaknya pada satu sekolahan seperti itu akanberdampak baik bagi perkembangaan intelektual si anak. Naman patut dicatatjuga, adanya kecerdasan yang lain yang juga berpengaruh pada perkembangananak dimasa yang akan datang, misalnya, kecerdasan spiritual, emosional,seni dan lainnya lagi.Lain barat lain timur, kita lihat bagaimana perkembangan anak di Indonesiasebagai contohnya. Khususnya di Jawa Barat, hingga saat ini, masih kitalihat bahwa pengasuhan anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tuanya.Masih jarang ditemukan tempat penitipan anak sementara orang tuanya bekerja.Paling banter, kalau pun toh harus dititipkan, mereka akan menitipkananaknya pada orang yang sudah akrab dan kenal dekat dengan dirinya. Biasanyapada neneknya atau bibi dan ua nya. Artinya masih ada ikatan keluarga adalamproses pengasuhannya.Seiring dengan berubahnya jaman, pola pendidikan ala barat pun sekarangsudah mulai di adaptasikan di negara kita. Munculnya biro-biro penyedia babysister, sekolah-sekolah dengan nama yang bervariasi dan "mahal" menambahkesan bahwa pengasuhan anak bukan lagi seratus persen didominasi orangtuanya tapi siapapun boleh mengasuh dan mendidiknya. Fenomena ini yangkemudian memunculkan wacana, sejauhmana peranan orang tua dalam mendidikanaknya? Dan seberapa penting keberadaan sekolah dalam pembinaan anak-anak?Pendidikan anak dalam Islam Sebuah Solusi.Dalam islam, pendidikan dinilai sangat penting keberadaanya. Firmaan Allah"Allah mengangkat derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orangyang berilmu pengetahuan" (QS Al Mujadalah : 11)Dari ayat diatas bisa kita simpulkan bahwa pendidikan sudah merupakan sebuahkeharusan yang wajib dimiliki oleh setiap manusia di bumi ini. Denganpendidikan kita akan masuk pada tingkatan yang lebih tinggi. Lalu kapanpendidikan dalam islam dimulai?Pendidikan dalam islam dimulai ketika manusia itu sedang dalam tahap mencaripasangan hidup. Artinya, disaat insan tersebut sedang dimabuk cinta. Islammengajarkan untuk memilih jodoh yang baik agar kualitas generasi berikutnyajuga baik. Islam mengajarkan pencarian pasangan hidup hendaknya mengacu padaagamanya, keturunannya dan ahlaqnya. Yang lebih penting adalah memilihpasangan yang sesuai dengan kualitas keagamaannya. Dari sanalah bisadibangun keluarga yang sakinah mawahdah wa rohmah.Pendidikan kedua pasca pemilihan pasangan adalah memberikan nafkah yang baikdan halal untuk konsumsi hidupnya. Disadari jika ada makanan yang masukkedalam tubuh berupa makanan yang haram maka secara otomatis akanberpengaruh pada perkembangan hidup dirinya. Apalagi jika dia sedangmengandung, maka otomatis dampak makanan akan berpengaruh pada perkembanganjanin.Pada masa-masa kehamilan, biasanya seorang ibu akan merasakan betapaberatnya pengorbanan seorang ibu. Maka sudah sepantasnya jika pada masa iniseorang ibu banyak-banyak meminta doa restu dari ibunya. Itu merupakanpenawar dari penderitaan selama hamil.Makanan halal dan bergizi, ditambah dengan kesolehan untuk senantiasamenyebut nama Allah adalah pendidikan terutama disaat menunggu kelahiran.Adapun doa yang bisa diucapkan adalah seperti dalam Al-quran, suratAl-Furqan : 74 :"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri kami danketurunan kami kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orangyang bertakwa."Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apayang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yangdiperintahkan."(QS. At Tahrim: 6 )."Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara:sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo'akannya."(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)Sebagai kesimpulan, pendidikan anak usia dini nampaaknya harus diserahkanpada ahlinya, yakni orang tuanya sendiri, karena bagaimanapun juga, coretanyang diberikan pada anak-anak akan berdampak pada masa depannya.Sumber: http://www.penulislepas.com/print.php?id=1000_0_1_0

Kamis, 30 Januari 2003
Memilih Kursus untuk Anak
Maunya Pintar, Bisa-bisa Malah Mundur

SIAPA yang tidak ingin anaknya pintar dan berhasil?S>small 2small 0<>small 2<>small 0< anak mengikuti berbagai macam les di luarsekolah?Menurut Annah, memang ada defisit kebutuhan pendidikan yang dialami anak disekolah. Pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah, kata Annah, tidakselalu sesuai dengan kebutuhan pendidikan sesuai takaran masing-masing anak.Itu terjadi karena berbagai keterbatasan sehingga perhatian guru secaraindividual kepada tiap anak sangat kurang. Defisit itu bisa ditutup denganmengikutkan anak dalam berbagai kegiatan les di luar sekolah.Kontribusi kursus bagi pengembangan kemampuan anak, kata Annah, jelas ada.Apalagi saat ini ada kecenderungan di mana-mana, masyarakat sedangberkejaran untuk menghadapi globalisasi. Di Korea Selatan pun, adakecenderungan orangtua memasukkan anaknya pada berbagai macam kursus.Orangtua tak hanya membekali anak dengan "makan siang", tetapi juga "makanmalam".Menurut Annah, di sekolah-sekolah yang menerapkan lima hari sekolah,misalnya pada hari Sabtu anak bisa diikutsertakan dalam les-les yangbersifat pengembangan fisik, seperti berenang atau les-les yang dapatmenggugah kreativitas mereka, seperti melukis atau menggambar. Namun, iamengingatkan, kemampuan anak tidak semua sama sehingga jangan dipukul rata.Oleh karena itu yang paling penting adalah keharusan orangtua untukmenengarai anak."Sepanjang anak senang, tidak masalah. Namun, kalau anak sudah mulaimangkir, ogah-ogahan, bahkan sampai meneteskan air mata tiap disuruh les,sebelum terlambat sebaiknya orangtua segera menelusuri penyebabnya," kataAnnah.Gerda mengemukakan, pentingnya memilih jenis kursus yang sesuai dengan minatdan kemampuan anak. Idealnya, untuk menentukan jenis kursus apa yang mestidiikuti dilakukan setelah melalui tes psikologi. Namun, kata Gerda, denganpengamatan sehari-hari pun hal itu bisa dilakukan oleh orangtua. Anak yangmemiliki kemampuan logis kuat, bisa saja diikutkan dalam kursus aritmatika.Anak yang tertarik pada musik atau mempunyai jiwa musical bisa sajadikursuskan musik. "Yang penting orangtua jangan latah ikut-ikutan tetanggaatau trend. Selain itu juga komunikasikan pada anak," kata Gerda.Dalam pendidikan tambahan di luar sekolah, yang harusnya dipentingkanbukanlah frekuensi atau pentubian (drill). Dalam belajar bahasa, misalnya,sampai batas-batas tertentu pentubian harus dilakukan. Akan tetapi,pentubian hanya merupakan bagian teknik pembelajaran. Karena itu harusselalu dipadukan dengan latihan dan permainan sehingga anak tetap dalamsituasi yang menyenangkan. Pentubian yang tidak proporsional justru akanmereduksi kemampuan rasio.Gerda menekankan pentingnya les-les di luar sekolah tidak diperuntukkanmengejar nilai atau prestasi tetapi lebih untuk memenuhi kebutuhkanpelipatgandaan inteligensi yang belum bisa dipenuhi di sekolah. Oleh karenaitu cara belajar eksperimental-tidak sekadar duduk, mendengar, dan mencatat-mesti ditekankan. Aktivitas di luar ruangan, seperti kemah, tinggal di rumahpenduduk, mendengarkan kaset, dan menonton film, perlu dikenalkan.Orangtua, kata Annah, mesti memperhatikan perkembangan anak secaraterus-menerus, jangan merasa kewajibannya selesai setelah memasukkan anaknyake berbagai lembaga pendidikan tambahan."Begitu ada simtom pertama, orangtua harus segera melihat apa penyebabnya.Jangan biarkan masalah menumpuk," kata Annah.Memang tidak semua orangtua tergiur mengikutkan anak- anaknya dalam berbagaimacam kursus. Surya Rusdi, bapak dua anak yang bekerja dalam bidangmarketing, merasa anaknya cukup mendapatkan pelajaran di sekolah. Duaanaknya Ida (7 tahun) dan Nadim (9 tahun) bersekolah di SD Madania, Parung."Saya takut kalau anak-anak kecapaian harus mengikuti berbagai kursus. Yangpenting anak-anak mengerti konsep dan memperoleh banyak teman baru dalamkegiatan di luar sekolah," kata Rusdi yang memilih anak- anaknya mengikutikegiatan klub sains pada waktu luangnya. (P Bambang Wisudo)

No comments: