Ayat-ayat Allah Oleh : Zaim Uchrowi

Allahu akbar! Sungguh Mahabesar Engkau ya Allah.
Belum lama rasanyakami menerima pelajaran melalui alam semesta ini. Belum lagi keringtinta yang kami tuliskan untuk mencatat pelajaran-pelajaran itu. Hari-hari ini, Kau kembali menurunkan pelajaran yang kami semua (sepertibiasa) tidak mampu menduganya. Hari-hari ini, Kauberikan lagipelajaran yang membuat kami hanya bisa bertanya-tanya: Ada apa?

Idzaa zulzilatil ardhu zilzaalaha. Waakhrojatil ardhu atsqaalaha.Waqaalalinsaanu maa laha.. ''Ketika bumi diguncang sekeras-kerasnya.Dan dikeluarkan dari bumi segala isinya. Berkatalah para manusia: Iniada apa?'' Kami percaya ya Allah bahwa ayat yang telah Kauturunkanitu belum akan mewujud sekarang. Kami percaya, gambaran itu baru akanterjadi saat kiamat kelak. Bukan sekarang.Tetapi, mengapa fenomena yang Kauperlihatkan pada kami menunjukkantanda serupa dengan ayat-Mu di Surat Al-Zalzalah itu. Setidaknyafenomena itulah yang hari-hari ini terjadi di sekitar Yogya. Lewatpuncak Merapi, Engkau tumpahkan isi bumi. Lewat dasar samudera, kauguncangkan dataran Yogya. Rumah-rumah Kauratakan dengan tanah. Ribuanorang Kaupanggil menghadap-Mu seketika dengan cara tidak biasa.Anggota-anggota keluarga Kaupisahkan begitu saja. Mengapa?Kami sungguh tidak tahu mengapa Kauturunkan kembali pelajaranmelalui bencana seperti sekarang. Apakah ini karena kami telahmelupakan pelajaran terdahulu? Atau, kami bahkan tidak belajar apapun dari bencana-bencana sebelumnya? Wallahu a'lam. Engkau yangMahatahu.

Allahu akbar!
Kami tidak akan bertanya-tanya seperti ini sekiranya lebih banyakmenyimak ayat-ayat-Mu ya Allah. Kami akan lebih mampu menyikapifenomena-fenomena-Mu, bila lebih tekun mengaji setiap ayat-ayat-Mutanpa kecuali. Terkadang kami membaca ayat-ayat-Mu yang terucapkan,ayat-ayat qauliyah, yang terbukukan secara luar biasa dalam AlquranulKarim. Tetapi tidak semua. Hanya sebagian kecil dari kami, yangmencoba menyimaknya setiap hari. Maka, tak banyak yang telah kami(sebagai bangsa) pelajari dari Kitab-Mu itu.Di sisi lain, Engkau telah pula menggelar tak terhitung lagi ayat-ayat empiris. Ayat-ayat berupa realitas alam. Juga realitas sosial.Begitu banyak ayat itu hingga Kaugambarkan tak akan selesai ditulisandai seluruh kayu di muka bumi ini dijadikan pena, dan seluruh airdi samudera dijadikan tinta hingga kayu dan air itu habis. Tetapi,sekali lagi, kami juga sering enggan mengaji ayat-ayat-Mu itu yaAllah. Kadang kami merasa bahwa realitas empiris bukanlah ayat-ayat-Mu. Kami beralasan, realitas tersebut tak Engkau sebut langsung dalamfirman-Mu. Juga tidak disabdakan oleh Rasul-Mu.Proses tsunami, tanah longsor, gunung meletus, atau gempa bukanlahbahasan fikih bahasan yang paling banyak menyita perhatian kami.Mengantisipasi kemungkinan bencana untuk menghindarkan jatuhnyakorban, sebagaimana usaha mengatasi kemiskinan, tidak masuk dalambahasan jihad bahasan yang membuat jiwa kami bergelora. Kami seringmenganggap realitas empiris itu bukan persoalan agama.Kami, bahkan yang dari kalangan ulama dan cendekia sekalipun, tidaklagi fasih membahas ayat-ayat kauniyah-Mu. Kami engganmengurusi 'urusan dunia' itu. Kami biarkan urusan itu dikuasai orang-orang lain. Kami tak merasa bersalah bila orang-orang yang kamipandang 'ingkar' itu lebih memahami dan menguasai ayat-ayat empiris-Mu. Tetap saja kami merasa lebih dekat dengan-Mu. Kami acap menudingsekuler orang-orang yang mementingkan ayat kauniyah, dan mengabaikanayat qauliyah. Kami lebih memilih mementingkan ayat qauliyah danmengabaikan ayat kauniyah. Apakah kami juga bukan sekuler?Kaum salaf dan ulama di masa lampau telah mengajarkan untuk tidakmemilahkan keduanya. Kesatuan kedua jenis ayat itulah dien, ataunilai yang dapat dijadikan sebagai pegangan secara kokoh. Karena itu,kalum salaf dan ulama di masa lampau bukan saja hafal ayat-ayat Qurandan hadis melainkan juga sangat menguasai ilmu pengetahuan mutakhirdan bahkan peneliti kelas dunia tentang realitas alam maupun sosial.Sekiranya kami seperti mereka, kami tentu bukan saja fasihmenghibur para korban gempa di Yogya dan sekitarnya agar ''tabah dansabar menghadapi musibah karena musibah adalah cobaan Allah SWT, dankesabaran akan diganjar dengan kenaikan derajat''. Jika kami sepertimereka, kami tentu juga akan fasih mengantisipasi kemungkinan bencanahingga jumlah korban bisa lebih ditekan. Juga akan lebih fasih dalammembantu para korban hingga mereka mendapatkan kembali kehidupan yangnormal.

Astaghfirullah! Kami sering merasa paling tahu tentang Engkau danayat-ayat-Mu, ya Allah. Maafkan kami. Bukalah mata, telinga, dan hatikami. Jadikan kami senantiasa mampu menangkap ayat-ayat-Mu tanpakecuali.

No comments: