Saat Cinta berpaling Darimu

( Pengalaman sejati seorang istri )
( Asma Nadia)

Apakah dia merasa putus asa ketika mengetahui bahwa gaji suaminyayang masihkuliah itu hanya 200 ribu sebulan?Apakah dia putus asa ketika mereka harus berpindah-pindah kontrakandarisatu rumah mungil ke rumah mungil yang lain?Apakah perempuan itu mengeluh, ketika berbulan-bulan hanya makantempe dansayur,yang masing-masing dibeli seribu rupiah di warung, ketika sang suamitakbekerja cukup lama?Jawabannya tidak.Perempuan berwajah manis, yang saya kenal itu sebaliknya selaluterlihatcerah,seolah permasalahan ekonomi yang menerpa keluarga kecil mereka, takberartiapa-apa.Pun ketika kesulitan hidup terus berlanjut. Menjelang kelahiran anakpertamamereka,suami masih belum memiliki pekerjaan yang mapan. Tapi perempuan itutidakputus asa.Sedikitpun dia tak menyesali telah menikah dengan lelaki pilihannya.Lelaki yang dia cintai karena kecerdasan dan kegigihannya.Lelaki yang amat dia hormati, yang dia tahu selalu berupaya sungguh-sungguhuntuk membahagiakan,dan membuatnya merasa seperti seorang putri.Dan kenyataan bahwa mereka tinggal di rumah kontrakan yang nyaris mauruntuh, dengan kamar mandi jelek,dan serangga di mana-mana yang kerap membuat menimbulkan ruam merahpadakulitnya yang putih.Perempuan itu tidak pernah sedikitpun mengeluh.

Lalu anak pertama lahir. Gagah, dengan alis tebal nyaris bertaut.Dia dan suami menerima kehadiran pangeran kecil itu dengan hatiberbunga.Meski mereka harus berhutang ke sana ke mari agar biaya kelahiran yangmelalui prosedur caesar itu,bisa dilunasi. Sekali lagi, perempuan itu tidak pernah mengeluh.Hidup baginya adalah rentetan ucapan syukur kepada yang kuasa, dariwaktu kewaktu.Ketika anak kedua mereka lahir, roda ekonomi keluarga telah jauhlebih baik.Laki-laki yang dicintainya mendapatkan pekerjaan yang mapan.Mereka tak lagi bingung memikirkan kebutuhan sehari-hari, makan, lalususubuat anak-anak.Perempuan yang saya kenal sejak lama itu, membantu suaminya denganbekerjaparuh waktu bagi sebuah taman bermain anak-anak yang cukup prestise.Seiringkehidupan yang mulai membaik, perempuan itu tak lagi mengerjakan semuasendiri. Apalagi seorang buah hati lagi telah hadir.Sang suami memintanya lebih konsen kepada pekerjaan paruh waktu yangdigeluti istrinya. Tahun ke empat pernikahan mereka mulai menyewa babysitter, ketika itu si bungsu belum lagi berusia sepuluh bulan.Lalu datanglah kesempatan bagi sang istri. Lembaga tempat dia bekerjaparuhwaktu, menawarkan program training ke luar negeri. Awalnya sang istriragu,sebab dia khawatir meninggalkan anak-anak selama dua pekan. Tetapilelakiyang dicintainya memberikan support dan mendorongnya untuk pergi,"Ini pengalaman bagus buat Ibu," kata lelaki itu.Dan ketika dia ingin membantah, lelaki itu menggelengkan kepalanya,"Perempuan lain ingin mendapatkan pengalaman berharga seperti ini.Ibu haruspergi. Gak apa. Ada mbak yang menjaga anak-anak."Dengan setengah hati perempuan berwajah manis itu meninggalkankeluarganya.Selama dua pekan di sana dilaluinya dengan rindu yang menyiksa, danperasanberat karena selalu terbayang anak-anak.Naluri keibuannya rupanya tidak bisa dibohongi. Meskipun sang suamiselaluberkata semua baik-baik saja, perempuan itu merasakan ada sesuatu yangterjadi. Dan perasaannya benar.Anak bungsu mereka dirawat di rumah sakit karena demam berdarah!Suaminyayang takut membuatnya panik baru menjelaskan ketika istrinya pulangke tanahair."Maafkan ayah, ayah takut ibu bingung."Perempuan itu menangis. Syukurlah kondisi putri mereka membaik Tapiada hallain yang terjadi.

Hal yang tak pernah diduganya, hal yang membuatjantungnya luruh.Suaminya jatuh cinta.Perempuan itu sungguh tak percaya, ketika mendengarkan ibu mertuanyamenangis tersedu-sedu menjelaskan apa yang terjadi.Dunia bahagia yang selama ini dibangunnya seakan runtuh. Apalagiketikamengetahu gadis cantik yang membuat suaminya jatuh hati, adalah babysitteryang mereka sewa.Mereka hanya berpegangan tangan. Tak lebih. Elak suaminya.Tapi hati perempuan itu telanjur hancur. Harapan-harapan yangdibangunnyaseakan menguap.Suaminya berpaling. Lelaki yang telah membuatnya merasa sepertiseorangputri, jatuh cinta lagi.Allah... apa maksudmu dengan ini semua? Batin sang istri yangterkoyak.Dengan hati hempas, dia memanggil baby sitter mereka. Baru kali ini siperempuan memandang lekat-lekat gadis berusia sembilan belas tahunitu.Meskipun dari desa, wajahnya memang cantik dan ayu. Kulitnya bersih,rambutnya yang panjang tampak begitu mengilat. Dulu tak dikiranyakecantikanlugu itu akan memorakmorandakan rumah tangga mereka.Perempuan itu duduk berhadapan dengan baby sitter yang tertunduk salahtingkah."Sudah sejauh apa?'Baby sitter itu mengelak. Tak mau berbicara lebih jauh."Apakah kamu menyukai Bapak?"Baby sitter itu diam. Ragu. Lalu kepalanya pelan menggeleng."Saya tak keberatan jika bapak menyukaimu, dan kamu menyukai bapak,Kalianbisa menikah!"Saya kaget. Saya berada di sana, menemani perempuan yang telah lamamenjadisahabat saya. Tetap saja kalimat terakhirnya mengejutkan saya.Si baby sitter cantik menggeleng. Lagi-lagi salah tingkah. Saat itusuami siperempuan sedang berada di kantor, sehingga mereka leluasa berbicara.Tidakjauh dari mereka, mertua sahabat saya tampak menangis sesenggukan.Sebaliknya wajah sahabat saya tampak sangat tegar.Ketegaran itu baru runtuh ketika kami hanya berdua. Sahabat sayamenangis.Belum pernah saya melihat air mata sebanyak itu tumpah di wajahnya."Saya sedih," bisiknya, "Salahkah?"Saya menggeleng. Kesedihan adalah teman kemanusiaan. Tak apa."Ibu tadi cerita, bahkan ketika Andin sakit, Ayahnya memilih menemaniperempuan itu berobat, meski hanya flu biasa, dan meninggalkan Andindiperiksa hanya dengan ibu,"Ah, lelaki begitu mudahkah larut dalam pesona?Saya kehilangan kata-kata. Percuma mengibur, apalagi berkata sayamengertiperasaannya. Saya tak ingin berbasa basi yang tidak perlu.

Kehidupan berlanjut. Suami perempuan itu mengakui kesalahannya, danberjanjitidak akan mengulangi. Lelaki itu memohon-mohon agar sang istri maumemaafkannya."Bisakah?" tanya saya suatu hari. Ketika itu tahun-tahun sudah berlalubegitu banyak."Saya tidak tahu," jawab sahabat saya.Selalu dan selalu, matanya yang cerah meredup setiap teringat kisahitu.Barangkali memang ada beberapa luka yang tak bisa sembuh, bahkan olehwaktu.Enam bulan setelah kejadian itu, sahabat saya memang sempat berceritaperasaannya setiap kali suaminya mendekati,"Saya merasa jijik," ujarnya dengan wajah bersalah."Tak apa, semua perlu waktu. Lagian yang terjadi tidak sejauh itu.Janganmenyiksa pikiran,""Tapi siapa yang tahu apa yang sebenarnya terjadi?"Saya diam. Sahabat saya benar. Hanya suaminya dan si baby sitter yangtahusegala. Mereka terkadang pergi ke luar rumah berdua. Dulu terasabiasa sajamereka hanya ke warung, atau apotik. Entahlah.

Ketika saya meminta izin menuliskan cerita ini, sahabat sayamengiyakan,meski dia masih belum lagi sembuh dari kesedihan. Memang tidak adaperceraian. Sang suami tampak bersungguh-sungguh menjaga keutuhankeluargamereka. Apalagi ada anak-anak diantara keduanya."Dia bapak yang baik!" papar sahabat saya suatu hari.Kehidupan memang terus berjalan. Satu peristiwa, satu hati yangberdarah.Satu hati yang belum juga sembuh."Kami masih tidak bisa bersama," jelasnya.Saya mengerti. Peristiwa itu seolah membekukan semua kehangatan dankeceriaannya sebagai seorang istri. Sang suami tak memaksa. Menjalanisajakehidupan apa adanya. Anak-anak lebih penting.Entah sampai kapan mereka bisa bertahan, saya tidak tahu. Tak juga maumenduga-duga.Saya cukup senang akhirnya sahabat saya bisa mendapatkan kepercayaandiriyang sempat hancur ketika menyadari sosok perempuan yang telahmerebut hatisuaminya, tak hanya lebih cantik tapi juga jauh lebih muda. Perlahansahabatsaya mencoba melupakan apa yang terjadi. Padahal dunia sempat terasaberhenti baginya."Sampai saya sadar, Asma. Di luar sana, banyak pengalaman yang jauhlebihburuk, menimpa istri-istri lain. Apa yang terjadi pada saya,barangkali takseujung kuku yang dialami perempuan-perempuan lain."Hubungan normal layaknya suami istri memang sudah patah, akan sulitmerekatkannya kembali. Tapi saya mengagumi semangatnya mempertahankanpernikahan, dan tetap menjalaninya penuh syukur. Perempuan itu bahkanpasrahjika karena ketidakmampuannya sekarang, dikarenakan ulah sang suami,mungkinjustru mengakibatkan sang suami menikah di belakangnya."Dulu hal itu perkara besar buat saya, tapi sekarang..." sahabat sayaitutertawa.Sebenarnya banyak yang ingin saya tanyakan padanya. Apakah diabahagia?Apakah suaminya bahagia? Kenapa tidak bercerai dan sama-sama memulaiyangbaru? Sebagian orang mungkin akan berpikir begitu. Hidup terlalusingkatuntuk larut dalam ketidakbahagiaan.Betapapun saya menghormati komitmen keduanya. Juga perkataan sahabatsaya,yang akan selalu saya ingat,

"Ada hati-hati kecil yang harus dijaga, Asma. Setiap mengingat mereka, maka luka-luka lain menjadi kalah penting. Kebahagiaan saya sempat runtuh, tapi kebahagiaan ketiga anak saya tidak. Dan saya harus bisa menjaganya. Sekuat saya."

http://anadia.multiply.com/journal/item/19/Saat_Cinta_Berpaling_darimu_Pengalaman_sejati_seorang_istri

No comments: